Friday, December 21, 2018

Ialah; kecewa.

Jatuh pada yang sama, masih tentang sesuatu yang menjadi rasa sakit; seakan-akan semua hilang, tidak ada yang lebih baik, atas pengharapan, atas keinginan yang belum tercapai; atau tentang kesempatan yang ternyata tidak.

Perkenalkan, ia lah kekecewaan.

Terlepas dari tentang harapan yang begitu besar, keinginan yang berdegup kencang, pembuktian atas rasa sakit, sesuatu yang menjadi motivasi supaya lebih baik; kemudian ternyata bukan untuk kita; atau sederhananya, takdir itu bukan untuk kita.
Kamu sedang bukannya disalahkan. namun tegurlah. Apakah kamu pantas terus di guncang olehnya? Sebuah hal yang ternyata sedari awal memang tidak ada rencana untukmu, bahkan sedetik pun.

Katamu, hampir. Kataku, sebentar lagi.
Tapi ternyata; semua menjauh, dan kita menggerutu. Menyesali mengapa pernah menginginkannya.
Bersama, berlanjut, atau sesuatu yang ternyata lebih baik dipandang daripada sebelumnya.

Mengapa harapan itu tidak pernah memberi jawaban yang menuju?

Tidak tentang semesta yang sedang bermain-main, atau memberi harapan palsu. Kitalah, kitalah yang terlalu menyaksikan mimpi besar di depan mata. Kitalah yang terlalu mendewakan harapan. Hingga pada saatnya; kita pun sakit.

Ketika kamu sakit, aku tahu bahwa tidak ada yang bisa membuatmu utuh. Merasa tenang manakala kamu rapuh.
Kamu kecewa atas dirimu; mengapa kamu pernah menginginkan sesuatu yang ternyata tidak untukmu.

Ada beberapa cerita yang membuatmu berharap, Sebuah rasa dendam yang meramu dan tak bisa menjahit lukamu. Kemudian kamu memilih jalan maju, yang ternyata tidak baik untukmu.
Atau sebuah pengalaman pahit yang membuatmu ingin merubah, kamu terus menjalani dengan segenap rasa, hingga tiba pada akhirnya; semua gagal.
Apa yang kamu rasakan tentang sebilah patah atas orang terdekatmu yang mengecewakan, atau seseorang yang pernah menyakitimu, atau memang karena kamu ingin dan selalu lebih unggul.

Kemudian ternyata kosong; tidak ada apapun, yang tersisa adalah kekecewaan.

Mari berbagi motivasi. Jangan pergi, jangan lari.
Yang kutahu tentang patah hati ialah bangkit; meski tidak hanya luka didada yang kamu korbankan; pun fisikmu yang juga terasa.
Yang kutahu tentang kesedihan ialah menangis, kemudian berdiri dan menguatkan; kamu hanya butuh bisa, untuk selalu memulai menyudahi yang sia-sia.
Yang kutahu tentang kerapuhan ialah diam, menyeka dan lahap dalam-dalam; kamu hanya harus serba biasa, jangan mudah tertekan dan kesulitan untuk selalu menyakini bisa.

Mari belajar untuk saling menguatkan.
Tentang kekecewaan yang pernah ada, atau sedang ada; kemudian akan selalu ada.
Mari berharap dan membiasakan untuk berpikir kemungkinan yang tidak akan pernah ada, mari belajar kecewa pelan-pelan, sebelum benar-benar kecewa.

Tetaplah berbahagia, jangan diusik terus-terusan.

Berbahagialah, karena harapan yang patah bukan berarti kehidupanmu yang sudah.
Ada banyak hal-hal yang ditujukan untukmu lebih baik; tidak untuk kali ketika kamu kecewa seperti ini.

Pada kecewa, aku tidak lagi bergantung pada harapan.
Aku hanya menjalani, kemudian mendekap erat; dan berdoa sebagaimana mestinya.

Saturday, November 17, 2018

sederhana

     Kamu hanya butuh tentang bagaimana cara mencintai paling sederhana, tentang bagaimana seseorang membuatmu mencintai diri sendiri lebih dalam, membuatmu menikmati hal-hal kecil saja yang membuatmu terus-terusan tersenyum tanpa pernah ia tahu.
     Kamu hanya butuh tentang bagaimana seseorang mampu mendekapmu kala kamu membenci diri, merasa ingin marah pada keadaan, ketika kamu sedang menjadi seburuk-buruknya orang yang sedang tak tenang. Kemudian ia datang, seseorang yang membersamaimu dengan sabar dan menghilangkan segalanya, membuatmu utuh kembali.

Halo?
     Karena beberapa orang hanya butuh tentang kenyamanan.
Kamu tidak perlu memiliki segalanya, karena dengan perlindungan dan dewasa, seseorang begitu merasa ada.
Ada yang merasa lebih senang dianggap, ada yang merasa lebih suka dihargai, dan hal-hal paling sederhana ini yang membuatnya lebih tenang.
Kamu tidak perlu memberikannya kehidupan yang megah, sebab beberapa orang merasa senang ketika kamu berusaha dan  bekerja keras, tidak perlu bersusah-susah dengan janji, sebab komitmen yang tidak ingin pergi adalah satu-satunya yang pasti.
     Kamu dibutuhkan dalam kesederhaan. Matang dalam tiap langkah, tujuan yang jelas untuk membawanya dalam kehidupan bersama, tidak monoton dan menyalahkannya, tidak angkuh dan sombong dalam perangainya, jangan melukainya, dan berjalanlah disebelahnya, seperti kamu sedang berdua.
     Kamu hanya dibutuhkan dalam kesederhanaan. Tetap berjalan melangkah namun pasti, tidak menyerah dan menyalahkannya karena kamu tidak dapat menuai janji. Kamu tetap jadi seseorang yang semula, seperti sebuah pendirian dan keyakinan kuat diawal tentang kamu yang tidak akan pernah melepasnya.

     Nanti, jika saatnya kamu bertindak dan memilih, jangan khawatirkan tentang seseorang yang merebahkan dirinya padamu. Khawatirkan padamu tentang bagaimana kesetiaan yang bisa bertahan hingga akhir, tidak melukainya dan tetap berprinsip yang berkomitmen.
Nanti, jika saatnya kamu memilih, ada seseorang yang ingin tanggung jawab kecilmu, tentang bagaimana kamu mencintai keluarga dan tak pergi kemana-mana selain menjadikannya sebuah rumah.
Nanti, jika saatnya kamu harus menjadi, jadilah seseorang yang sederhana.
Layak untuk jadi dewasa, layak untuk menjadi seseorang yang bertanggung jawab, layak menjadi seseorang yang selama ini tengah diharapkan oleh seseorang lainnya.

Nanti, jadilah yang paling sederhana.
Yang mencintai tanpa syarat, tanpa alasan, dan selalu ingin pulang pada seseorang yang tepat, yang juga tidak akan lari kemana-mana dan tetap ditempat.

Nanti, jadilah yang paling sederhana.
Yang selalu berusaha bertanggung jawab, yang tidak perlu sempurna, namun membuat seseorang lainnya percaya; bahwa kamu memang seseorang yang sempurna.

Nanti, pada akhirnya, jadilah yang paling sederhana.
Yang dapat dicintai orang lain tanpa alasan, karena memang cinta yang tepat tak pernah ada alasan.

Dan kamu maupun kita, jadilah yang sebaik-baiknya.
Sebab, yang paling sederhana adalah sebab-sebab kamu mendapatkan seseorang yang sama.

Yang tidak pernah membuatmu sakit dan merasa patah pada hari-hari panjang dan mencintaimu selayaknya mencintai dirinya.

Pada seseorang yang amat sederhana, yang adanya membuat kamu begitu tenang dalam menjalani hari-hari bersamanya.

Saturday, November 3, 2018

Tentang hujan

     Tentang hujan yang jatuh ke bumi,
     Aku selalu suka hujan, tentang tempias yang mengaduk gaduh dengan angan, kadang juga terlibat kenangan. Tapi aku tidak pernah suka kenangan, ada yang terbesit luka dan berarak menjadi menyakitkan. Aku mengeluh karena tidak sanggup, sedang aku tetap mencintai hujan, apalagi tentang dingin dan tenang yang dibawanya, membersamai udara sejuk membuat memeluk dan mencintai diri sendiri dalam-dalam.
     Aku selalu suka hujan, juga sepeninggal hujan. Tentang bau tanah basah yang menelusup masuk, kemudian yang terhembus menjadi ketenangan. Bagaimana sebuah kumpulan percikan air yang menjadi jelaga kemudian mengaduk menciptakan keruh, tapi keruh itu luar biasa, aku menyukainya, artinya; semua masa lalu itu tidak terlihat paling utuh, karena yang tengah membersamai rinai adalah keruh, hilang ketika matahari menyengat.

     Aku selalu suka tentang aroma air yang menyetubuhi daun, menciptakan embun dan menetes pelan-pelan, membersamainya membuatku merasakan romansa, antara kepergian dan pertemuan, membuatku lebih luluh untuk melepas; segala rasa sakit atau melepas bahagianya. Tunggu, yang bahagia tak akan pernah usang, bukan? Iya. Aku cemburu pada embun, menetap pada tubuh dedaunan namun menetes, menyeka, dan jatuh ke tanah. Hilang, tanpa bekas.  

Monday, October 22, 2018

Selamat datang!

Selamat datang diduniaku, silahkan masuk pada segala yang orang tidak paham.**

Kemudian ia memojok diantara sudut dinding-dinding kokoh, duduk mencari celah nyaman, melupakan setiap kisah yang masih membelenggu hari-hari panjang. Tarikan nafas itu masih saja terdengar ricuh; seperti untaian hatinya yang tak pernah tenang.
"Ada apa denganmu?" Berdialog dengan kata hatinya, serupa memenjarakan alibi terhadap satu sosok dihadapannya. Tidak, dia sendirian, bersama rupa-rupa bayangan yang menjelma orang penting tapi ternyata hatinya sendiri.

Tarikan nafas itu panjang, diajaknya hati mengulang-ngulang ingatan untuk melepaskan jenuh dan rasa kalapnya terhadap hari-hari yang membosankan. Kemudian ia menggelengkan kepala, tidak banyak bercerita pada kata hatinya sendirian, membiarkan paksa untuk terus ditebak namun selalu mengelak dan enggan menyeruak.

Ya, tepat setelah tanda tanya begitu besar dengan berdiri sendirian tanpa ada setubuh orang lain pun diantaranya, baiklah. Hari ini ia harus banyak-banyak belajar menjadi seseorang yang sama. Menjadi sederet manusia yang kadang suka kalap terhadap perbuatannya, atau merubah dirinya seperti menyenangkan; hidup untuk tertawa-hidup untuk bersenang-hidup untuk memamerkan segala yang ia tahu-atau hidup untuk mendengkur.

Wednesday, October 10, 2018

"Aku memang tak seperti dia! Bahkan jauh, jauh lebih buruk!"

"Aku memang tak seperti dia! Bahkan jauh, jauh lebih buruk!"

Aku mulai paham ketika dunia merubah rencana, bagaimana semua terbentuk dengan proses panjang, lika-liku yang tak hentinya menemukan muara, hingga ternyata; setengah perjalanan telah aku temukan takdirnya. Ialah yang sekarang, bahwa Tuhan sungguh amat memilih yang terbaik; meski mungkin aku harus banyak belajar melupakan espektasi-espektasi lama tentang mimpi yang tak lagi menarik.

Ya, aku paham betul bagaimana merelakan ingin, menjalani yang ada, tumbuh dengan paksa rasa kesenangan. Ada satu waktu yang tak pernah aku gubris pada-Nya, ialah rasa syukur, dan harusnya keberuntungan itu adalah yang aku senangi dan tak pernah aku proses dengan buruk.

Tentang sebuah proses, baiklah, ada beberapa cerita yang ingin kurangkai, tanpa mengkaitkan orang ketiga, tanpa perlu merasa waspada. Tidak, tidak ada yang aku pakai disini untuk mempahitkan orang lain. Tak akan ada yang harusnya tersakiti; karena aku tidak menghidupkan siapa-siapa dalam cerita ini.

Kamu tahu Bill Gates?
Seseorang yang sukses bahkan namanya tengah melambung dimana-mana, tapi, ada sesuatu yang berbeda. Bahkan segala tugas-tugas akademis perkuliahan amat berbahaya.  Ia menjalani hari-harinya melalui apa yang dia sukai; kutu buku misalnya. Hidupnya amat lebih baik seperti itu daripada harus menyesuaikan diri pada kerumunan orang-orang. Pada pertengahan perkuliahan, ia memilih drop out dari kampus terkenalnya. Mendirikan microsoft yang dulu belum booming dan menarik. Dan sekarang, software yang ia dirikan adalah yang semua orang butuhkan, tak pernah tidak.
Lihat, ia lebih memiliki tujuan hidupnya daripada sekedar menjunjung cara-cara buruk untuk mencapai keberhasilan. Ia telah melampaui teman-temannya karena pola pikirnya yang berbeda.

Wednesday, October 3, 2018

China dan Perspektifnya.

Saya membaca salah satu literatur di perpustakaan dan ini sungguh menarik, membuka pandangan dan pola pikir masyarakat penduduk kita terutama demi pembangunan pedesaan dan perekonomian pedesaan.
***

Sebuah pepatah Buddha berbunyi: "Lihatlah alam semesta melalui sebutir pasir."
Dari cerita tentang sebuah desa kecil yang tak begitu menonjol, seseorang mampu melihat aspek penting terhadap modernisasi cepat secara fundamental mengubah cara hidup umat manusia.---

Hungshan merupakan sebuah pertanian kolektif yang terdiri dari 845 keluarga, terletak 100 mil sebelah selatan Sanghai. Hingga tahun 1969, Hungshan merupakan daerah rawa yang mengandung garam, dihuni beberapa keluarga yang menggantungkan hidupnya dari mengeringkan air laut menjadi garam.
Pada tahun 1969, selama memuncaknya revolusi kebudayaan, dikeluarkan surat keputusan untuk mengubah rawa menjadi tanah garapan untuk menghasilkan bahan pangan. Dengan keberanian, dilakukanlah keputusan itu tanpa memikirkan biaya. Sekelompok pekerja digerakkan membangun tanggul, menggali saluran drainae, menanam kacang-kacangan yang subur didaerah payau, juga membangun saluran air. Dengan kerja keras, daerah rawa yang asin itu berubah menjadi lahan pertanian yang menghasilkan produktivitas beras tinggi.
Dari investasi modal dan tenaga kerja, timbul pertanian kolektif hungshan yang baru dengan ratusan rumah tangga miskin yang putus harapan. Salah satu alasan kemiskinan mereka adalah pemerintah menetapkan harga hasil pertanian rendah daripada harga barang industri sehingga mereka tidak sampai untuk mencukup kebutuhan sendiri. Produksi pertanian pun dilaksanakan oleh pekerja yang dibayar menurut jam kerja tanpa mempertimbangkan produktivitas perseorangan. Hasil akhir, pedesaan memiliki standar bawah dan sistem registrasi rumah tangga nasional mencatat banyaknya perpindahan desa ke kota.

Tahun 1978, kepemimpinan baru melancarkan gerakan Modernisasi. Angin baru bertiup di Hungshan 1980. Sekelompok pemimpin desa memutuskan bahwa sudah saatnya desa bergerak sendiri mengurangi kemiskinan dengan industrialisasi. Melihat kurangnya bahan bangunan dimana-mana, mereka memperoleh gagasan membuat pabrik semen. Dana kolektif yang amat kecil digunakan sebagai modal awal ditambah pinjaman kecil tanpa bunga oleh bank pemerintah.
Pabrik mulai beroperasi 1980 dan mencapai sukses keuangan luar biasa, pertanian awalnya itu mendapat keuntungan mendirikan pabrik-pabrik baru seperti tegel keramik, pemoles papan-tulis, pewarna pakaian, kotak televisi, dan suku cadang mesin. Hingga akhir 1984, telah didirikan 18 perusahaan.

Friday, September 28, 2018

Kepadamu, dari filosofi angin.

     Hembusan angin mencuri celah untuk membuatmu memperhatikannya. Kemudian kamu menoreh senyum, dihujani rasa kegembiraan karena ia berhasil merajut kesedihan. Kamu terlihat lebih segar diantaranya, hingga alam bebas yang selalu membuatmu candu untuk bersimpati terus-terusan menjadi tempat pelarian ternyaman pertama yang kamu dapatkan. Kamu memojok diantara barisan manusia, memanggilku; bersenandung dan menikmati udara yang juga menemanimu.

Ada yang spesial; aku tersenyum dan ikut senang. Jangan lengah karena kelelahan, aku ingin membisikkan itu.

Aku menikmati rona berpijar tentang kelegaan. Kamu beruntung menemukan angin, pikirmu. Akupun demikian, betapa indahnya menemani seseorang yang tengah mencariku.

     Kamu tahu tentang sebilah patah yang pada akhirnya bermuara pada kesedihan? Membuat kamu mengutuk-ngutuk kisah yang pantasnya tak terjadi, tak bisa dielak;semua tetap sesuai takdir. Kamu butuh tempat untuk mendongengkan hati yang selama ini kamu rasa, kamu juga butuh tempat bersandar untuk menenangkan. Silahkan, panggil aku disela-sela kosongmu, aku menjadi hembusan yang membuatmu lebih merasa hidup.

Oh ya, perihal takdir; mengapa ia tidak pernah memihak kita?

     Kepada seseorang yang tengah dirajut Tuhan untuk menjalani kehidupan. Kamu, disebuah tempat nyaman yang sedang menikmati musim-musim tertentu sambil menjalani takdir. Tatapan itu tak akan berujung pada sendu, atau dinikmati ribuan binar mata teman-temanmu bukan? Bahagiamu juga bukan tentang orang yang menemani pada musim dingin dan sama-sama menikmati satu waktu tepat ketika saling bersenda gurau bukan? Senyummu tidak karena hati lebih memprioritaskan orang terdekat dengan memberi simpul spesial dan kamu merasa nyaman sudah menaruh hati padanya bukan?
Tunggu dulu,
jangan bersedih, aku siap menampung kesedihan ditengah gelisah. Asal angin lain tak akan mengacau balau suasana bukan?

Pada seseorang yang sedang kulihat dari sela dedaunan.
Akankah aku mampu menjadi angin yang juga selalu menyusuri jengkal perjalan itu?
Aku pemikir, aku penakut. Bagaimana bila ternyata hujan yang kemudian membuatmu lebih baik?

Jangan; jangan butuh hujan,
Aku hanya angin. Akan tiba pada kesejukan, aku tak ingin menjadi badai, aku disela-selamu, hembusan nafas itu.

Sungguh, sebenarnya
Aku tak ingin mencintai terlalu dalam dan menyebabkanmu berantakan.
Bisakah aku menjadi bagian dalam tiap apa yang kamu semai? Persis ketika alam membawamu mencariku, dan aku jatuh pada ronamu.

Jangan,
Jangan buang aku ketika dunia membuatmu menemukan jalan lain untuk menikmati hidup, ketika rinai turun dan kamu terbius dengan kesenangan.
Jangan, aku benar-benar bilang jangan. Meskipun mengikuti arus langkahmu sama seperti berkelahi dengan hujan dan aku akan kalah, aku akan kalah.
Karena hujan, pada akhirnya lebih sering membuat imajinasi dan perasaan lebih baik.
Dan aku; aku selalu mengharapkan kemustahilan yang tak akan nyata dan memihak waktu.


Kamu tetap menjadi kemungkinan yang mencariku; meskipun banyak ketidakmungkinan yang ada.

Wednesday, September 19, 2018

Aksara


Aku hanya memahami mengapa aksara jauh lebih menyenangkan, mampu membuat pribadiku lebih hidup, tak terasa terkurung dalam lingkup yang membosankan—atau mungkin, beberapa ceritaku lebih nyata pada tulisan, naluriku lebih mampu mengoptimal, dan aku jenuh pada nyata.

Aku memahami bahwa garis waktu adalah tentang sebuah tulisan, yang menjadi wujud sebuah kenangan. Bagaimana aku mampu meruntutkan hal-hal yang menyakitkan--padahal mampu aku lupakan. Entah, apa yang harus kusukai dari sebuah kenyataan pahit bahwa menulis adalah untuk mengingat? Sedangkan ingatan buruk tak selamanya harus terekam.

Aku memahami bahwa mencintai aksara adalah cara menyulap jenuh menjadi sebuah kesenangan—memahami kembali bahwa dunia ternyaman adalah kepribadian—seorang diri yang bukan siapa-siapa dan berusaha memahami keadaan.

Aku memahami bahwa dukacita lebih tentram dimelodikan dalam sebuah ketikan—kemudian dimemorikan—pada sebuah kenangan yang berbentuk tulisan. Rasanya lebih hidup, membuat keadaan lebih baik dan terjaga, mampu menghilangkan prasangka buruk yang dikemas dalam pikiran.

Aku memahami bahwa lelah dapat kuceritakan pada prosa-prosa yang tak melulu indah—sajak yang 
sekedar ditulis sebagai gundah—juga untuk menghibur hati yang tak baik-baik saja. Menenangkan, mengamankan, atau—memberi keajaiban.

Aku memahami bahwa duniaku tumbuh tentang kesenangan aksara—aksara itu bermajas—membuatku menikmati diksi-diksi yang dikeluarkan—membuatku lebih nyaman dan mampu melepas beban—membuatku hidup dalam dunia yang tak banyak orang tahu.

Aku memahami, bahwa aksaraku bernilai dan meraih pencapaian terbesar adalah mungkin; karenamu—ketika mata itu membaca tiap diksi, tiap rima, tiap kosa kata yang aku keluarkan dan kurangkai—ketika kau memuji segala apa yang menurut orang lain aneh—ketika hiruk pikuk penghinaan luntur karena ada semangat yang membius dan mendorongnya.

Maka, untukmu, semoga kita tetap (dan akan) sama-sama (dan selalu) mencintai aksara.

Ada satu waktu yang aku harap untuk kita sama-sama menikmatinya--ia aksara kita.

Sunday, September 9, 2018

Mencintai sendirian.

     Beberapa perasaan menjadi beban, bahkan setiap pertemuan menjadi klise dan menciptakan kesedihan. Ah, cinta sendirian kadang semakin memperkeruh suasana.--
     Aku menyebut beberapa orang yang datang itu sebagai sebuah pertemuan yang harusnya biasa, beberapa kali aku sadar, ternyata tidak semua harus menjadi biasa--atau, kupikir sudah saatnya untuk bersimpatik pada seseorang; yang bahkan kutahu, menoleh saja tidak akan pernah.
     Aku juga tak penah ingin bernego-nego tentang cinta, yang kutahu, ketika bersamanya pun; aku jatuh, jatuh hati pada sikap yang langka, jatuh hati pada beberapa cerita yang kuinginkan menjadi sebuah kisah yang bermatang bahagia, aku juga jatuh hati pada seseorang yang menurut sebagian orang luarannya saja yang menarik.
     Aku jatuh pada seorang lelaki dengan wajah kusut dan sifat yang pemalu. Pada seorang lelaki yang berpikir dan mendukung tiap apa yang aku semai, manakala kami saling menyaut tentang sebuah skenario dibalik seorang penulis, atau tentang dukungannya tentang hasil buah pikirku dalam bentuk fiksi yang terangkai yang selalu dipujinya; tak henti-henti.
     Ah, sudah lama rasanya, terakhir ketika aku sedang keruh-keruhnya, ia mendekap mataku dan memberi keyakinan kuat, serupa merubah pikiran kosong, ia juga menabur kesedihanku disenda gurauan.
     Aku sadar sekarang, bahwa ternyata; aku mulai tertarik padanya. Persis ketika ia tertarik pada cerita-cerita konyolku, segala bentuk tertulis yang aku suguhkan tentang ketikan jemariku, ataupun ketika pujian datang manakala aku mengarang rangkaian kata. Ia seakan menyebutnya--menarik? Ah, atau hanya imajinasiku saja yang berharap ia mengatakannya.
     Persis ketika bibirnya menguntai kata-kata pujian terhadap karyaku, membuatku selalu ingin menulis; tapi yang pasti, beberapa cerita ini ternyata terlalu bertumpu padanya. Sampai aku lupa tentang sebuah inginku untuk menjelma menjadi seseorang yang lebih baik karena diriku--sampai aku selalu menjadikanmu tokoh yang paling aku favoritkan, dalam skenarioku--ataupun hidup nyataku.
     Kepadamu,
Aku takut, ketika pada akhirnya yang muncul dari sisiku adalah ketidaknyamanan yang terekam dipikiranmu. Sesekali aku ubah posisi itu, membiarkannya bertumpu pada perasaanku--sendirian, supaya kamu tak perlu berlari dan mulai mundur, aku takut ketika ternyata bayangan dari belakang fiksiku akan kabur; itu membuat jemariku semakin sulit untuk bersahabat dengan pikiran, juga hatiku--yang mana kau tau bahwa sebagiannya sedang tidak baik-baik saja, sebab ada padamu.
Aku juga takut, manakala sebagian cerita hidupku adalah bayang-bayang yang tak jelas, entah ada kamu atau tidak; bagaimana aku? Akankah aku bertahan untuk tetap menguatkan kenyataan atas sebuah pilihan? Jika ternyata, suatu saat, seseorang yang tengah aku harap sedang tak nyaman, karena aku mencintainya?
     Kepadamu,
Aku pernah berlari sekencang mungkin, menyatu pada aktivitasku untuk melupakanmu; namun ternyata kekalahan yang menang, tiap-tiap kebaikanmu selalu dapat muncul dalam memoriku, hingga aku kehabisan cara untuk menghapus dirimu.
Aku juga pernah ingin kabur, satu hari saja tidak berjumpa padamu; tak akan bisa. Kita begitu dekat, hingga ternyata kamu tak akan pernah sadar tentang setengah hatiku yang sedang disampingmu; pun ketika jauh. Aku selalu berusaha untuk menghindari rasa sakit; ketika penolakan atas perasaanku ini akan terjadi nanti.
Aku seringkali mundur; sebab terlalu banyak orang yang menaruh hati padamu; pada kebaikan-kebaikanmu, juga pada segala pola pikirmu. Aku juga seringkali tak menggubris, supaya kita sama-sama baik saja; kamu tetap jalan pada duniamu, sedangkan aku tak terlalu jatuh pada perangkap yang aku buat sendiri.
Aku ingin menyerah; untuk berhenti mendekapmu dalam pikirku. Banyak cerita yang aku khawatirkan ketika kita bercengkrama, jangan terlalu memberi simpul kedekatan; aku takut semakin perasa.
Aku juga tahu, kita diciptakan tidak untuk saling mengerti dan memahami, kau hanya baik; aku saja yang terlalu menganggapnya berlebihan.

Aku kelelahan. Padahal,
Bukankah, mencintai seseorang tidak perlu tenaga?

-Dikutipuntuksebagianorangyangsedangjatuhsendirian-

Friday, September 7, 2018

Aku ini apa?


Bagi sebagian orang; aku ini apa?
     Sebagian mulut-mulut orang lain bilang aku ini pendiam, memang, betul sekali, aku kaku dan sulit mencerna keadaan. Aku sulit memahami orang lain. Bahkan, aku hanya berani mengangguk dan mengiyakan diri padahal tak nyaman pun dilingkupku, sungguh.
     Sebagian orang mengatakan aku ini seru. Padahal, beberapa cerita terbentuk karena aku merasa lega membersamai orang-orang itu, mereka yang selalu menang dalam melelehkan hatiku untuk berada dilingkupnya, orang-orang baik yang membuat aku terkesima; sehingga aku lupa tentang aku ini apa? Dan akhirnya aku tak peduli aku ini apa.
     Sebagian orang mengatakan aku ini asyik, entahlah. Beberapa orang menyebut itu; ketika aku sedang benar-benar tak peduli. Ada yang mengatakan bahwa menjadi teman mainku adalah keuntungan, sehingga ketika aku sadar aku sedang tak berguna, mereka yang membuatku sadar bahwa aku benar-benar memiliki hak dan sebuah kenyamanan.
     Sebagian orang mengatakan aku ini cuek. Tak mau bercengkrama pun menyapa, membuang muka dan tak peduli sekitar. Ah, aku pikir dengan cara ini aku senang dengan diriku, melibatkan orang yang tak kukenal dalam hidup hanya akan membuatku lelah, serupa ketika mulut-mulut mereka pada akhirnya mengatakan aku ini “cuek”. Mereka lagi-lagi membuatku sadar, aku terlalu mencintai dunia sekitar, hingga lupa dunia nyata dan sisi manusia lain yang juga menjalani kehidupan.

Wednesday, August 22, 2018

Mencintai Introvert

     Ketika kau mencintai seorang introvert, akan ada sesuatu yang berbeda, kau harus siap-siap ia puisikan dalam hari-harinya, akan sering terasa hambar bersamanya, kebanyakan aksaranya menulis segala tentangmu, namun begitulah cara ia tetap mencintaimu, dengan kaku dan hati-hati tapi sungguh akan abadi.
     Ketika kau mencintai seorang introvert, mungkin ia bukan pemalu; dalam hubungan pun ia sulit percaya diri dan yakin bahwa kamu adalah orang yang benar-benar tulus padanya, ketika ia terdiam dan sedikit bicara, jangan anggap ia marah, ia hanya sedang mengontrol hatinya untuk percaya dan memberanikan diri bahwa kau kini ada disisinya, untuk sebuah tulus dan apa adanya.
     Ketika kau mencintai seorang introvert, ia akan lebih teliti dan berhati-hati dalam bercerita padamu. Lebih banyak memilih memendam, menceritakan yang menurutnya penting. Bukan tentang kau; atau siapapun, lebih dari itu karena hatinya terasa nyaman kala ia bersenda gurau dengan seseorang yang membuatnya nyaman, kau bukannya tidak nyaman, namun jauh dari itu ia ingin hubungan kalian baik-baik saja tanpa perlu mencari-cari hal bahasan yang berujung permasalahan.

Saturday, August 18, 2018

About a mind.

     Dulu, saya berpikir bahwa nilai adalah diatas semuanya, akademik adalah nomor satu. Namun sekarang saya sadar, bahwa sebuah "pengalaman lebih seru", sebuah "kesempatan" yang tidak akan terjadi dua kali lebih jauh bermakna, sebuah "pengendalian" atas mimpi dan "pencapaian" terbesar tidak harus selalu memenangkan akademis.
      Dulu, saya berpikir bahwa mendapatkan nilai bagus dan jauh lebih baik adalah hal yang seharusnya. Selepas itu, saya berusaha. Tidak dengan "Ambisi", melainkan kerjakeras dan kesungguhan yang dijalani. Saya bermimpi menjadi sukses dalam kriteria-kriteria orang pintar, selepas itu saya tekun dan jarang menikmati remaja pada masanya.
    (Maaf), saya sadar mengapa. Lingkungan yang ada sangat mempengaruhi, masuk kedalam lingkup orang-orang yang kurang menyorot dan memandang pun menghargai, mendekap saya untuk memacu akademisi. Orang-orang lain menikmatinya, dunianya, saya pun tidak sempat melakoninya, saya merasa berbeda.
     Kemudian selepas masa itu selesai, ada yang ternyata jauh lebih baik. Sebuah pengalaman mengubah hidup saya, takdir Tuhan yang sempat saya sesali mengubah jalan pikir saya, tidak selalu tentang akademisi, melainkan tentang kenyataaan dalam hidup yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.
     Dan saya sadar, berterimakasih sekali pada orang-orang yang selalu ada disisi saya, mereka yang selalu mendorong dan memotivasi saya (seakan-akan saya mampu melakukan segalanya), mereka yang menerima saya, hingga saya merasa bahwa "dunia luar sungguh menyenangkan", "tampil di depan umum bukan masalah" yang seakan kata-kata seperti itu lama sekali hilang.
     Saya merasa beruntung pada mereka yang mengubah rasa malu dan pendiam saya, pada mereka yang selalu menuntut saya untuk berbicara, pada sifat keras yang menyuruh saya bangkit dan berusaha lebih giat; ah sudah lama sekali tidak mendapatkan ini.
     Tidak, saya tidak pernah mengatakan orang-orang yang menjunjung akademisi itu buruk. Saya sempat melakoninya, hingga sampai pada pencapian sekarang. Tidak, tidak akan ada yang salah dengan akademisi, nilai-nilai akademik tersebut juga dapat berguna dikemudian hari yang menjadikan kita orang-orang hebat.
    Lebih dari itu; pengalaman jauh lebih pantas, kesempatan tidak akan berulang. Maka jika disuruh memilih, saya akan memanfaatkannya dengan (sungguh-sungguh dan insyaallah) baik.

    Untuk teman-teman yang masih berambis atau berusaha menata karir dipendidikan saja, atau teman-teman yang selalu aktif dalam berbagai kegiatan yang luar biasa, terimakasih sudah menjadi dua pengalaman saya yang membuat saya banyak belajar.
    Kita diciptakan untuk menjadi sebaik-baiknya insan, jalani dan pilihlah takdirmu, Tuhan tentunya melihat hasil dari usaha dan kerja keras kita.

Selamat, untuk sudah banyak mengajari saya memandang dan berpikir.:)

Wednesday, August 8, 2018

Sendirian.

     9 Agustus 2018.
Waktu terasa cepat berlalu, pun cerita ini diketik ketika berada di kota Semarang, dikamar kostan, sendirian.
Hari-hari berlalu tanpa disadari, semua berubah, setiap detik berubah, hingga tak pernah sadar tentang apa dan kapan semua terlewat dan terjadi. Tak ada reka adegan, karena hidup akan selalu maju, tak pernah menuju kebelakang. Pun aku, ketika akhirnya yang terbaik adalah menjalani hari demi hari dengan sepi, atau menata hidup tanpa peduli dengan yang lain, semoga kuncinya adalah tetap berbesar hati juga menjadi diri sendiri.

Kau tahu apa yang buruk dari sendirian? Terlalu rumit dijelaskan. Bahwa semestinya kesendirian itu menyenangkan, bahwa pun semestinya sendiri tak menghasilkan sepi. Apakah sedih semestinya pun tak layak menghampiri? Entah, akupun tak banyak mengorek lebih dalam tentang hal ini; akan menyakitkan.

Jangan anggap sendiri itu buruk. Ada yang menyenangkan, ada yang bisa menemukan sisi dirinya, ada yang benar-benar ia hargai. Ada yang sedang diajarkannya tentang berkelana, tentang rindu yang hebat, tentang perjuangan panjang untuk melewati rintangan. Ada selalu banyak hal, jangan mengutuk dan mengolok. Sebagian kita tahu bahwa orang lain menikmati dunianya masing-masing; meski dengan kesendirian.

Thursday, August 2, 2018

Abadi dalam hati

Jangankan untuk mencintai orang lain, hatikupun sendiri terlalu sulit untuk mencintai diri sendiri.---

     Terlalu banyak belajar, darimana saja. Cinta tak selalu melulu dilingkup suka, kemudian bersama. Selalu yakin, cinta dapat tumbuh dengan bahagia, meski tak memiliki. Bahkan, cinta dapat tumbuh, ketika mempercayakan diri sendiri bahwa kita adalah sebenar-benarnya cintanya Tuhan, pun manusia sekitaran.
Aku yakin, menjadi diri sendiri bukan tentang siap dalam segala keadaan, atau juga tak punya sifat malu. Menjadi diri sendiri tumbuh ketika berani menunjukkan, pada dasarnya pribadi yang orang kenal adalah "kita." Aku juga percaya, bahwa sebuah rasa malu atau tak percaya tentang kelebihan kita bukanlah kelemahannya. Pun aku percaya, orang-orang yang beropini seperti itu sungguhnya sedang mencari-cari kelemahan, termasuk saya.

     Jangankan untuk memahami orang lain, bahkan terlanjur sulit untuk memahami diri sendiri. Kenapa? Karena pada dasarnya ada sikap yang terelakkan, menyulitkan perasaan, namun tak bisa disingkar dan dibiaskan dengan apapun. Sebagian orang membuat kalap, menilai pribadi kita semena-mena, entah dari bagian luar atau sisi dalam yang dipandang lemah. Pun, sepertinya, mendengar orang-orang bercakap buruk tentang kita membuat diri semakin tak nyaman. Akulah pribadi terburuk yang pernah Tuhan ciptakan, hingga akhirnya kita terlanjur mengutuk-ngutuk keadaan.

Monday, July 16, 2018

Satu waktu

     Sisi-sisi jemariku masih mengetik tentang kita; sebuah pernah yang tak kunjung bersatu, atau satu yang akhirnya berpisah, segala tentang kenyataan, yang akhirnya membuat kita terlena dan terluka masing-masing. Pikiranku masih kotor, dibumbui hawa-hawa masa lalu yang seharusnya pergi dan tak mengenal lagi memori. Lalu kenyataannya, semua yang terlupa tak kunjung terlempar meski sudah kita sudutkan bersama, kenangan; ia selalu saja mengejar jarak antara kita.
Kau mencintai seseorang; lepas perpisahan yang belum pernah kita usaikan, ketika perasaanku yang masih melambung, ketika hati yang masih kuberi ruang untuk berbahagia. Seperti semudah sedia kala sebuah pertemuan, kau yakin, bahwa hatiku akan menemukan tuan, dan itu kamu; yang akhirnya menoreh luka pada sisi mana saja dalam diri. Kau bilang tidak padaku. Pada akhirnya aku lebih dulu merasa tak nyaman, hatiku lebih dulu merengut. Aku pupus dan sakit meski kau susuri kata tidak bertubi-tubi.

     Aku tak ingin mengutuk selepas kepergian, kuputuskan lebih dalam dan menantang perasaan kecewa untuk berhati tegar, kubiarkan ronamu berjalan menyusuri langkah pada yang lain, yang kau sebut-sebut seperti aku tak pantas dan selalu membiarkan kesalahan-kesalahan fatal yang ada; yaitu membiarkanmu tetap mengejar seseorang. Tak pernah kufikir bahwa setiap hati membiarkan itu terjadi, dan kau tak pernah masuk pada sisiku, pada perasaan sesak yang akhirnya aku legakan sendirian.
Bibirmu menjalar pada telingaku, mengucap serpihan kata-kata yang dibumbui pemanis. Aku ini amat penyabar; ah, ucapmu. Kau tahu ketika aku akhirnya mencabik-cabik hati sendiri dan lekas mengumpat dalam pilu? Kau tahu ketika aku memutuskan menjauh dari bilik wajahmu untuk menyembuhkan bait-bait perasaan? Kau tahu apa ketika aku terhempas dan kemudian menggetirkan bibir untuk menyimpul senyuman?

Sunday, July 1, 2018

Perempuan

     Hatinya ingin lebih baik dari parasnya. Kelakuan yang dimiliki ingin baik-baik saja. Tak ingin membawa perasaan, namun terkadang, hati terlihat lebih lemah daripada fisiknya.
Ingin terlihat baik-baik saja, menyembunyikan perasaan, terlihat luar biasa dari cara berfikir dan memandang segala hal. Berusaha meraih impian dengan segala usaha. Sampai mana kau paham hal ini?

     Perempuan itu harus mandiri, tak cukup hanya duduk manis dan bersenang-senang. Sekali melakukan kemandirian, maka akan semakin yakin kodrat kita sesungguhnya. Bukan karena kita diciptakan dari tulang rusuk saja, namun juga karena perempuan harus bisa melewati beban pahit dan getirnya dalam hidup.
Perempuan itu harus pintar, tak cukup hanya bermodal paras yang tak sudah-sudah dipikirkan. Hal ini, bertujuan agar mereka menjadi "guru" dari anak-anaknya kelak, pintar karena usaha dan do'a yang dilakukan mereka. Bukan perihal harus mendapat nilai tinggi dan menjadi juara dengan segala cara, melainkan pintar karena telah berani mencoba dan berusaha mencapai ilmu yang dapat diterapkan. Tenang saja, saya tak memihak perempuan yang terlihat "bodoh" meskipun sudah belajar banyak. Tak peduli hal apa, yang sesungguhnya demikian adalah mereka yang menggapai segala cara baik dan buruknya untuk meraih akademisi saja.
Perempuan itu harus beretika, tak cukup hanya bersenang-senang kemudian lupa tempatnya. Jadilah perempuan yang anggun karena sopan, yang cantik karena akhlak, yang bernilai karena adab santun. Perempuan harus dapat memilih celah yang mana baik dan buruk, agar ia semakin rupawan karena tingkah laku yang tak buruk.
Perempuan itu harus dapat mengambil keputusan, bukan hanya tentang pilihan yang harus ditemui karena telah terpaksa, lebih dari itu; harus dapat menempati kodratnya dengan hak asasi yang dimiliki. Perempuan boleh bersuara dan merancang masa depan, namun selalu ingat bahwa perempuan bukanlah seorang pemimpin yang tak bisa untuk dipimpin, namun perempuan adalah pemimpin yang akan selalu memiliki seorang pemimpin lagi.
Perempuan itu harus percaya diri. Demikian yang terakhir; jadilah perempuan yang yakin bahwa kehidupan adalah milik perseorangan dan perseorangan bebas melakukan apa saja demi pencapaian diri kepada hal yang benar.

      Tapi terkadang, melihat saja tidak cukup. Perempuan ingin dipahami karena ia bisa melakukan sesuatu, perempuan ingin didengar karena ia ingin dihargai, perempuan ingin dipuji karena perbuatan yang ia jaga, perempuan ingin dilihat cantik karena usaha-usaha dan sifat yang diperbuat, perempuan ingin dipandang sopan dan anggun karena perbuatannya, perempuan suka diperlakukan lembut karena ia benci bentakan, perempuan berusaha menyembunyikan kesedihan karena ingin terlebih dulu ditanya, perempuan selalu menolak dan mengatakan baik-baik saja karena ia ingin diperhatikan lebih baik, perempuan menahan amarah karena tak ingin terluka, perempuan malu karena ia menjaga etika.

Inilah mengapa, menjadi perempuan itu susah. Ia selalu ingin terlihat baik dimata orang lain.;perempuan yang benar-benar perempuan.

Thursday, June 28, 2018

Keluarga Mentari Temaram


Temaram memiliki arti remang-remang. Tahukah kalian apa itu? Dalam wiktionary.org yaitu cahaya suram atau agak redup. Begitupun dalam dunia pendidikan di era kini yang selalu mengandalkan teknologi canggih dan pendidikan yang mudah dijangkau dalam sekali pencarian, tak masalah memang, namun alangkah lebih berhati-hati lagi karena dibalik kemajuan penciptaan, selalu ada dampak negatif untuk pribadi penggunanya, Guys! Termasuk kepada anak-anak yang hidup pada zaman millenium dan mengandalkan kemudahan dalam menuntut ilmu dibandingkan zaman dahulu sebelum berkembang pesatnya kecanggihan.

            Era kekinian kini pun lebih pantas selalu dikaitkan dengan teknologi canggih. Pada kemajuan zaman yang mengarah kepada kemudahan-kemudahan, memang tak bisa dihindarkan, akan selalu ada hal-hal baru yang menyenggol kehidupan. Kita pun terperosok pada teknologi yang kini menjadi salah satu kepentingan yang tak bisa dijauhkan. Anak-anak kita, semua para pengenyam pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas pun mungkin akan menggunakan dan menikmati kemudahan internet yang dahulu sulit dijangkau; salah satu dari kemajuan pemikiran-pemikiran manusia hebat.  Pekerjaan rumah diselesaikan dengan sigap, proses yang dilakukan untuk mengerjakan tugas lebih efektif dan tidak banyak membutuhkan waktu yang lama. Menimba ilmu pun dilakukan tanpa perlu pemborosan juga membuang waktu untuk mencari ilmu lebih dalam sebagai tambahan dari ajaran guru di sekolah. Namun tak disangka dampaknya. Waktu yang dipakai anak-anak cenderung habis untuk menatap layar ponsel, tablet, laptop, atau hal yang semacamnya. Anak-anak yang berada di bangku sekolah menengah pertama kebawah terutama, mereka belum seharusnya layak menggunakan berbagai kemajuan teknologi secara maksimal. Terkait itu juga, bagaimana jadinya bila ditemukan hal-hal negatif yang merusak pikiran dan mata mereka? Sehingga, dapat disimpulkan pun; kemajuan teknologi cenderung berbahaya bagi pendidikan anak-anak lokal.

            Keluarga adalah tempat melepas kicauan-kicauan perasaan, menampung aspirasi, segala panutan yang menjadi tempat contoh, juga segala keyakinan yang selalu terasa aman berada di dalamnya. Peran keluarga terhadap pendidikan pun harus menjadi nomor satu dan membuat anak-anak yang mengeyam sekolah lebih berprestasi dan tidak mengikuti keadaan zaman yang seperti ini. Pada era globalisasi yang disebut-sebut memiliki banyak istilah yang menyudutkan anak-anak layaknya “Kids Zaman Now” atau bermunculan segala media sosial yang tidak mendukung pola pikir baik terhadap anak-anak, ini berbahaya dan sangat jauh dari pendidikan yang seharusnya dijunjung anak-anak. Mereka dibiarkan terbawa oleh aplikasi-aplikasi yang mengubah pemikiran mereka dan mengakibatkan banyak dampak negatif terhadap pendidikan. Pendidikan terlupa, prestasi yang seharusnya diraih malah dibiarkan terlena, mengakibatkan tak ada apa-apa yang didapatkan oleh mereka. Padahal, disini status keluarga bagi anak-anak sangat dekat, pemahaman mereka lebih dapat disanggah apabila peran keluarga lebih dapat mensupport dan beretika pada pengajaran anak-anak melalui pendidikan yang dapat diajarkan dalam kesehariaan sehingga anak-anak tersebut tidak lantas menatap era globalisasi ini adalah kesempatan mereka untuk bersenang-senang saja menikmati kecanggihan, namun lebih dapat memahami bahwa pendidikan jauh lebih penting dan berguna untuk kehidupan mereka di masa depan yang akan mendatang.

            Era kekinian pun akan semakin menenggelamkan yang terdahulu. Segala kemudahan akan tercipta, apa yang akan diraih jauh lebih mudah didapat. Layaknya besi yang semakin diletakkan pada tempat lembab, ia akan rentan karat. Seperti plastik yang berbahan tipis, diletakkan pada api ia akan habis. Jika pendidikan anak-anak kurang diperhatikan, ia akan habis dan terlena pada tempat dan hal-hal yang tak seharusnya ada, mengapa? Era kekinian tak selalu memberi kemudahan dan menenggelamkan yang buruk, era kekinian sungguh “berbahaya” terhadap anak-anak yang mengeyam pendidikan dan mereka yang lagi gencarnya rawan pada hal-hal baru yang ingin diketahui. Padahal, jika pola pikir mereka lebih diawasi dalam sebuah keluarga kecil saja, anak-anak akan lebih merasa nyaman dan tahu segala bentuk yang baik dan buruk. Namun, bukan berarti peran keluarga selalu menuntut dan memaksa anak-anak mengikuti setiap perintah. Anak-anak perlu berwawasan dengan caranya, melihat keluar dan bermain bola, boneka, ataupun lari-larian yang memang dunianya, menggali informasi dengan teman-teman dan gurunya, ataupun membutuhkan privasi yang masih dalam batasan dan aman. Inilah dia keluarga mentari temaram, keluarga yang seharusnya diterapkan pada zaman era digital yang sudah mengglobalisasi dan mengalami kemajuan teknologi pesat.

            Keluarga mentari temaram bermaksud sebuah matahari yang bersinar, namun meremang atau redup. Sebagai orang tua, kakak yang bekerja, ataupun kakak yang menjadi mahasiswa dalam sebuah keluarga, sudah seharusnya menjadi mentari temaram pada adik-adik yang masih duduk dibangku sekolahan, ini bertujuan agar mereka cenderung diperhatikan tanpa perlu ditekan, dapat menggunakan teknologi lebih baik, guna menuntut ilmu tanpa mendapatkan hal negatif yang timbul. Sebuah keluarga, selalu menjadi contoh yang layak bagi anak-anak kecil yang ada di dalamnya. Peran keluarga amat penting, mengawasi pendidikan yang didapatkan dan dicari oleh anak-anaknya tanpa mendapatkan kenegatifan oleh mereka yang masih suka mencari ilmu. Inilah arti penting dalam keluarga mentari temaram. Sejatinya, dalam keluarga memang akan selalu menghangatkan dan memiliki hubungan dekat antara anak dan orang tua. Lebih dari itu, pengawasan yang diberikan orang tua harus jauh lebih banyak untuk anak-anaknya. Anak-anak yang bermain teknologi dan menggunakan aplikasi-aplikasi sebaiknya terus diawasi. Alangkah lebih baik jika teknologi digunakan untuk mencari ilmu pengetahuan pada usia mereka yang butuh banyak informasi dunia luar. Jika memaksa dan melarang dilakukan untuk memberi batasan, bagaimana dengan perasaan mereka yang seharusnya menganggap bahwa teknologi menyenangkan pada usianya saat ini? Kemajuan tumbuh pesat itu tidak bisa dibandingkan dengan zaman lalu. Jika keluarga dengan garis keras menuntut mereka untuk menggunakan segala sesuatu dengan benar, apakah mereka tidak akan diam-diam melakukan segala hal yang akan salah?  Mereka akan lebih dominan mencari tahu segala hal, ini pentingnya keluarga dalam era kekinian agar mereka terjaga. Keluarga butuh pengawasan, keluarga butuh batasan untuk mengawasi anak-anaknya, jika ini dijalankan, anak-anak akan percaya pada keluarganya tentang larangan baik atau buruk, mereka juga butuh menikmati dunianya sendiri. Biarkan mereka tumbuh dan berkembang di era kekinian dengan teknologi yang ada, namun, pendidikan adalah nomor satu yang selalu utama, zaman kini banyak hal-hal yang semestinya dijauhkan. Keluarga hanya butuh anak-anak berkembang sesuai usianya, namun menjaga pemikirannya dan teknologi digunakan untuk kepentingan pendidikan yang utama.

            Era kekinian pun selalu memiliki banyak kelemahan-kelemahan. Peran keluarga mentari temaram disini harus dapat membentuk karakter jiwa, rasa, akhlak, serta ilmu yang baik pada anak-anaknya. Pendidikan lebih ditanamkan dengan cara membiarkan anak-anak menemukan dunianya dengan kemajuan teknologi dan memiliki batasan tertentunya. Keluarga harus menjadi mentari yang bersinar, menjadi sumber keyakinan atas anak-anaknya, menjadi kekuatan dan rasa semangat oleh anak-anaknya, juga menjadi kepercayaan terhadap cita-cita anak-anaknya. Mentari pun tak boleh yang selalu mengawasi dan memerintah hingga mereka tak bisa bergerak dan terkurung dalam dunia yang seharusnya lebih besar dijangkau, karena itulah mengapa butuh temaram. Redup karena saatnya membiarkan anak mengeksplor dengan batasan-batasan tertentu yang tak menyebabkan ke arah negatif dan berbahaya terhadap pendidikan yang ingin diraihnya. Orang tua; menjadi hakim dan guru yang mengajarkan tanpa menghakimi kesalahan yang diperbuat, anak-anak perlu disidang sewajarnya ketika ia salah dalam perbuatan termasuk pada penggunaan teknologi, keluarga memperhatikan kelembutan, hingga mentari yang terbakar itu akan menjadi temaram oleh hati yang hati-hati dalam pengajaran pendidikan pada anak-anak. Keluarga harus selalu dapat mendorong dan memberi motivasi, melalui keluarga mentari temaram, pendidikan anak di era kekinian akan lebih terasa nyaman dan tak berbahaya pada kemajuan teknologi termasuk kepada kemajuan yang akan selalu pesat.

#sahabatkeluarga

Monday, June 25, 2018

Ada kesedihan yang mungkin menyapa

     Dibalik senyum seseorang, ada sedih yang sekiranya ia tegarkan. Sesak yang sebenarnya menggebu-gebu selalu ia coba luluhkan. Teramat banyak kesedihan yang tak ia kobarkan, hingga akhirnya melalui aksaralah ia melepas getir dan sesak itu tersamarkan.
Raut wajah seseorang tidak selalu menyeimbangkan perasaan. Ia terlihat pilu, bahkan mungkin sosoknya lebih dari kata itu. Ia teramat terbeban, hingga wajahnya lebih dari itu; ia terluka hebat dan selalu ingin menyembunyikan, meski terkadang sedih itu terbongkar perlahan-lahan.
     Dibalik penampilan anggunnya, ada beberapa perasaan campur aduk yang mungkin ia khawatirkan. Banyak berbagai masalah yang belum tertuntaskan, hingga entah dimana rasa sakit yang terasa, menyatu dengan segala senangnya, hingga yang tersisa tidaklah kebahagiaan, yang timbul adalah hampa kepanjangan. Entah apa yang terjadi, dengan aksaralah ia dapat melepas gundahnya.

Sunday, June 10, 2018

Tidak akan ada

     Ada yang membuatku menunggu, dalam angan-angan, dalam sisa kelabu, dalam hilir mudik gemuruh yang menyapa disela-sela rinai hujan. Ada yang membuatku khawatir, terlepas kepergiannya menyiasakan asa, tak bisa diterka, atau ia lebih nyaman berteman dengan orang lain. Ada yang membuatku berusaha menyimpan perasaan tanpa perlu menunjukkan padanya, pada ia yang selalu membuat ruang-ruang dalam hatiku tertawa dan bertahan.
     Ada yang membuat aku harus menyimpan sendirian. Sebab aku, masih ingin menahan. Masih ingin bebas, masih ingin menyesuaikan dan meraih cita. Aku tahu, segala yang terjadi masih saja dibatas kekonyolan. Aku tahu juga, bagaimana bisa sembunyiku membuatnya tak tahu apa-apa. Terimakasih saja, untuk sudah membuatku tersenyum dibalik bayangmu.
     Ada yang membuatku mencintai diriku, perlahan, membuat nyata hidup ini sempurna. Ada yang membuatku memilihnya karena hal-hal baik, karena kebaikan yang tak pernah kusut dalam sisi kehidupannya; hingga ia membuat hari-hariku bak bahagia, aku pun perlahan terusir dari dunia duka yang menjalar beberapa kali, ia membuatku lebih semangat dan yakin untuk menjalani hari-hari.
     Akupun disini tidak akan; membuat mimpi besar. Tak berkonyol ria bahwa yang selalu membuat hati tertata adalah apa yang semestinya nyata. Tak ingin berpikir terlalu jauh untuk yakin bahwa satu-satunya seseorang yang bernurani luar biasanya hanya berjumlah ganjil angka pertama. Tidak akan bersemedi menganggap dan mengangan lebih tinggi tentang pencapaian yang masih abstrak.
Aku percaya; kebaikan akan menemui takdirnya sendiri-sendiri dengan apa yang seharusnya luar biasa.
     Tidak akan ada anggapan bahwa satu orang akan menjadi masa depan. Sebab, Tuhan lebih maha mengatur. Ia akan tahu, siapa yang berhak terpilih dari banyaknya manusia-manusia. Tidak akan ada pikiran bahwa memaksa untuk memilihnya adalah hal yang terutama. Aku percaya saja; semoga kebaikanmu menuju pada kesempurnaan, dan yang harusnya sempurna adalah meraih kebahagiaan.
     Tidak akan ada paksaan dari seseorang yang ada disini. Aku mengharap saja; kebahagiaanmu dapat ditampung menjadi kita yang selalu ingin berubah lebih baik; dan tanpa ada senda gurau yang membohongi.
     Tidak akan ada tuntutan untuk bersama, sebab, baik akan menemukan jalannya sendirian. Semoga, selalu, dan tidak akan ada pemaksaan yang membuatmu patah untuk menjalani hari-hari berikutnya; karenaku.

Friday, June 1, 2018

Aku ingin

     Aku ingin menjadi diri sendiri yang tak malu-malu mengaku siapa aku. Aku ingin dianggap, begitupun ketika kenyataan menyatakan; aku bukan apa-apa.
    Aku bersandar pada diri sendiri, pantaskah? Ketika akhirnya raga yang kusandang dengan jiwa ini tak bernilai lebih dimata seseorang, lebih tepatnya; aku terbilang kalah dibanding yang lainnya.
    Aku ini apa? Begitu akhirnya aku mengucap kata-kata yang tak memihak pada diri, bahwa aku seperti sedang sekelam-kelamnya, berada diantara manusia besar yang tak memihak sekalipun pada duniaku, harus melangkah kemana? Jika memang, merekalah dunia dan jiwa-jiwa yang selalu muncul bersama.
     Aku nyaris ingin mundur; lebih tepatnya menyudahi apa-apa saja yang sudah tersusun nyata. Ucap-ucap yang dulu aku pertaruhkan, kini aku menyerah. Pada orang-orang yang berperan penting dalam kegiatan, aku ingin lari, ingin pergi dan tak menyapa (kembali).
     Aku menyerah, sekarang. Ketika akhirnya aku paham, bahwa khayalan tentang asa, tentang harapan, tentang mimpi-mimpi yang selayaknya aku capai, tentang "anggapan" orang sekitar, sekiranya itu tak pantas lagi. Betapa aku tahu, bahwa menjalani yang tak dihirau adalah menuju sesal yang abadi, raga mungkin akan ada; tapi jiwa, entah kapan ia mulai hancur dan sulit utuh hingga ditelan masa.

Monday, May 28, 2018

Kalian

     Aku tidak pernah tau, mengapa, kapan, semuanya akan terungkap. Hatimu, hatinya, sedang ada pertemuan apa?
     Hati mengalir hingga ke raga, degup kencang kini berarah pada langkah kaki yang pergi. Aku memberontak, aku harus berlari menepi setelah mengetahui bahwa faktanya ada sesuatu antara lelaki dan perempuan ini. Aku tau satu hal tentang perempuanmu, ia sudah lama mencintaimu, begitukah?
     Wanitamu bak kilau dimatamu. Namun sayang, cintanya mungkin tak sebatas keyakinanmu. Harusnya, engkau mencari perempuan yang siap siaga, menemani, menerima keadaan, juga baik buruknya sifat yang kau lakukan. Ia melatihmu, harusnya. Membuat hari-hari terlalui dengan kebaikan. Namun sayang, yang aku sayangkan, ia tak handal dalam urusan itu.
     Wanitamu selalu kau agungkan. Aku tahu betapa sering kau tatap matanya, betapa sering hatinya kau buat rindu, betapa sering ia merasa galau. Tapi, ia tak menuntunmu kearah jalan yang lebih baik, membiarkanmu berada pada pilihan, membuatku merasa tak nyaman.
     Bisakah, kau menjadi baik sendirian?
     Aku hanya berharap, jika bersamanya kau temui kebahagiaan.
     Berjuanglah, kau hanya perlu perempuan yang dengan tabah mencintai usahamu.
     Kau hanya perlu membersamai seseorang yang merubahmu, untuk lebih baik.

Thursday, May 10, 2018

Jingga (1)

Ia menatapku seperti kaku, membuat tanganku bergetar dan menjatuhkan segelas coklat panas yang aku pegang. Prangg! Suara itu amat nyaring hingga sederet pramusaji dan tamu lainnya terdiam.
Lelaki itu masih saja menatapku dalam. Aku menatap kembali matanya yang tengah memberikan segala amarahnya pada perempuan sepertiku. Tak terhitung waktu berdiaman itu, aku menatap matanya lebih dalam, lalu berjalan lurus meninggalkan retakan cangkir putih kaca yang berisi coklat panas.

Bruak!  Aku menamparnya dengan keras ditengah keheningan. Seperti tontonan yang berkamuflase menjadi aksi seru, aku membiarkan orang lain yang menyaksikannya, ku pikir lelaki ini memang berhak mendapatkan malu.

"Bukan begitu caranya menghindar!" Aku menatapnya lebih dekat, tak peduli pipinya memerah, lelaki itu memang pantas mendapatkan rasa sakit.

"Bukan begitu caranya meninggalkan!" Aku menunduk, menahan sesak, menangis, dan itulah yang terjadi.

"Bukan begitu caranya.." Ia lekas menggenggam tanganku yang tengah menutupkan muka.

"Aku pergi hanya untuk kembali," Suara lelaki itu mengecil, ia tak peduli rasa sakit yang aku lakukan padanya.

"Aku pergi hanya untuk kembali." Ia mengulang kembali perkataannya.

Hati itu memekar kembali.

Monday, April 30, 2018

Heal It.

I think I'm getting interested with you when you're alone.
I think you are what I think and so, I stop looking.
I thought you were different, made me finally more confident about myself, being myself.

And finally, I realized you were with her. That girl is the pearl of your life, shining to make your life happier. I watched it every time I looked into your eyes that looked into her eyes.

Your lady was beside me after I took the words out. And I'm surprised when your girlfriend say the same words as me, without her knowing, and only I know.

I know she's the woman you're looking for. But how can that be? My heart hurt to see her like me, have a same like me without your girlfriend know, the various behavior of your girlfriend that I noticed the same as me.

Now I walk away, calm down. I will not hurt the feelings of your girlfriend, with you fall in love her, it has made me deserve to feel that I am nobody.

Congratulations for the longer time, you will stay together. Your girlfriend has the same nature as me, I know that.

I'm no longer dreaming, because I know and feel too sick.
When I see them together, in a long time, with that woman I know very well.

I believe, my heart will heal it.
:)

Saturday, April 14, 2018

Sepertinya aku?

     Berada diantara kerumunan orang-orang ambisis membuatku takut. Jika kemungkinan yang aku tulis adalah perihal rasa, ada secuil tentang itu. Berada diantara orang-orang yang cinta kesenangan, membuatku semakin tak nyaman. Apa karena sepertinya aku, belum oleng dari ketidakberanian menghadirkan apa yang ada?
     Sepertinya aku masih mencoba berjalan ditengah-tengah massa yang sedang memacu cepat. Tak dihirau, dibiarkan rasa itu tumbuh diantara banyak orang. Dimana nyaman yang perlahan runtuh? Ketika apa yang terasa tak lagi dihirau bahkan dibutuh. Mengapa demikian?
---
Apa karena sepertinya aku yang kurang mampu?
.
     Jika hatiku masih beku, kuharap seseorang mampu meruntuhkan kerasnya, agar aku tak menyasar, berjalan melangkah meninggalkan apa yang harusnya ada, membuatku tumbuh kembali dan mensyukuri diri sendiri.
     Jika perasaanku masih kokoh dan sulit dihentak, silahkan mengetuknya, memaki dan menghujat segala nyatanya, tapi jangan aniaya; aku ini masih manusia yang memiliki perasaan.
     Jika perasaanku keras kepala, jangan tinggalkan aku yang mencoba meluruskan apa yang ada, pikiran semu yang tertanam aku buat ricuh dengan segala akal yang kupunya, dan ingat; ucapan terjadi karena ucapan itu butuh dikoarkan, tak lebih tanpa bermaksud apa-apa.
    
     Kita ini apatis!!
Bukan?
     Lantas, jangan sibukkan dirimu dan mengekang orang lain.
     Lantas, jangan menyudahi ucapan orang lain yang masih ingin mengutarakan.
     Lantas, sesusah apa menghargai pendapat dan perasaan seseorang?

     Sepertinya aku kurang mampu; pikirku.
     Sepertinya mereka benar; pikirku.
     Sepertinya aku tak baik berada disini; nyaris pikirku.

     Dan seseorang terlanjur mengutarakan ini dalam dirinya, apa karena yang lain tak ingin mengerti dan tahu?!?
Bila seseorang mengucap keluh yang tiada tara, apa orang lain tak juga sadar?
Apa benar; sepertinya aku ........? (isi sendiri)

     Hei! Seseorang tak ingin menjadi apatis, tak ingin mendiamkan diri ditengah keramaian ucapan yang saling membalas, tak ingin hanya menatap kaku orang-orang demokratis.
Kita hanya perlu bersadar tentang itu; bagaimana cara memahami perasaan orang lain?
     Untuk berhenti mengandai-andaikan dirinya mereka akan; sepertinya aku?

     Belajarlah demokratis, kritis, merasa benar; tapi jangan lupakan seseorang!

     Dicatat pukul 22.15 menit, kala mata mulai lelah, hati masih siaga menyapa hari-hari esok, semestinya dan seharusnya.
:)

Thursday, March 29, 2018

Kita kadang lupa.

     Pilihlah karena kau yakin, merasa bahagia, sungguh senang---
**
     Tapi, jangan yakin bahwa hidup akan mengalir tenang.

     Pada ruang dimana harusnya bermetamorfosis menjadi nyaman, kita merasa gelisah; entah karena memikirkan esok hari yang terjadi apa, atau angan-angan tertinggi yang singgah dipikiran. Tentang mimpi-mimpi besar, harapan luar biasa, dan juga setiap ingin yang menjelma menjadi hantu-hantu kehidupan.
     Menjalani yang ada, masih terasa kelu akibat pancaran harap yang ternyata tak sebanding dengan perkiraan. Manusia ingin ambisi besar; ingin itu ingin ini, yang perlahan menggertak hati-hati kita, perasaan kita, melupakan satu hal penting yang harusnya lebih utama, padahal, berkat itulah doa-doa dari ambisi sampai.

Saturday, March 3, 2018

Jika.

      Satu waktu, jika kau telah paham dengan "mengapa" dan sebuah "bagaimana", maka tetaplah dekat disebelah jarak itu, tak peduli sejauh apa, ia akan tetap membersamaimu sejauh apapun. Jika kau telah mengerti tentang sebuah pilihan yang menurutmu baik, maka tetaplah bertahan pada apa-apa saja yang nantinya sempat buruk. Jika kau akhirnya memilih tempat kepulangan terakhir pada satu orang saja, ingat bahwa segala yang ia punya adalah apa yang dapat membuatmu tersenyum tanpa harus melihat ke sudut lain yang berbeda, juga pada orang yang berbeda.
     Satu waktu, jika hatimu telah tersusun baik dan dapat menetapkan pilihan, pilihlah mereka yang senantiasa belajar dari masa lalu, yang tumbuh dewasa tanpa ada permainan dalam hatinya, yang tulus dan mengedepankanmu dalam sisa-sisa umur panjangnya hingga menua. Jika nanti, kau membenci seseorang karena perbuatan yang tak pernah kau ingini, maka tegur lah ia pada saatnya. Ketika ia telah mampu mengubah apa saja atas penyesalannya. Ketika ia memilih meluruskan jalannya hanya pada satu orang. Ketika ia memilih tempat pelabuhan terakhirnya itu; kamu.

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...