Saturday, April 14, 2018

Sepertinya aku?

     Berada diantara kerumunan orang-orang ambisis membuatku takut. Jika kemungkinan yang aku tulis adalah perihal rasa, ada secuil tentang itu. Berada diantara orang-orang yang cinta kesenangan, membuatku semakin tak nyaman. Apa karena sepertinya aku, belum oleng dari ketidakberanian menghadirkan apa yang ada?
     Sepertinya aku masih mencoba berjalan ditengah-tengah massa yang sedang memacu cepat. Tak dihirau, dibiarkan rasa itu tumbuh diantara banyak orang. Dimana nyaman yang perlahan runtuh? Ketika apa yang terasa tak lagi dihirau bahkan dibutuh. Mengapa demikian?
---
Apa karena sepertinya aku yang kurang mampu?
.
     Jika hatiku masih beku, kuharap seseorang mampu meruntuhkan kerasnya, agar aku tak menyasar, berjalan melangkah meninggalkan apa yang harusnya ada, membuatku tumbuh kembali dan mensyukuri diri sendiri.
     Jika perasaanku masih kokoh dan sulit dihentak, silahkan mengetuknya, memaki dan menghujat segala nyatanya, tapi jangan aniaya; aku ini masih manusia yang memiliki perasaan.
     Jika perasaanku keras kepala, jangan tinggalkan aku yang mencoba meluruskan apa yang ada, pikiran semu yang tertanam aku buat ricuh dengan segala akal yang kupunya, dan ingat; ucapan terjadi karena ucapan itu butuh dikoarkan, tak lebih tanpa bermaksud apa-apa.
    
     Kita ini apatis!!
Bukan?
     Lantas, jangan sibukkan dirimu dan mengekang orang lain.
     Lantas, jangan menyudahi ucapan orang lain yang masih ingin mengutarakan.
     Lantas, sesusah apa menghargai pendapat dan perasaan seseorang?

     Sepertinya aku kurang mampu; pikirku.
     Sepertinya mereka benar; pikirku.
     Sepertinya aku tak baik berada disini; nyaris pikirku.

     Dan seseorang terlanjur mengutarakan ini dalam dirinya, apa karena yang lain tak ingin mengerti dan tahu?!?
Bila seseorang mengucap keluh yang tiada tara, apa orang lain tak juga sadar?
Apa benar; sepertinya aku ........? (isi sendiri)

     Hei! Seseorang tak ingin menjadi apatis, tak ingin mendiamkan diri ditengah keramaian ucapan yang saling membalas, tak ingin hanya menatap kaku orang-orang demokratis.
Kita hanya perlu bersadar tentang itu; bagaimana cara memahami perasaan orang lain?
     Untuk berhenti mengandai-andaikan dirinya mereka akan; sepertinya aku?

     Belajarlah demokratis, kritis, merasa benar; tapi jangan lupakan seseorang!

     Dicatat pukul 22.15 menit, kala mata mulai lelah, hati masih siaga menyapa hari-hari esok, semestinya dan seharusnya.
:)

No comments:

Post a Comment

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...