Beberapa perasaan menjadi beban, bahkan setiap pertemuan menjadi klise dan menciptakan kesedihan. Ah, cinta sendirian kadang semakin memperkeruh suasana.--
Aku menyebut beberapa orang yang datang itu sebagai sebuah pertemuan yang harusnya biasa, beberapa kali aku sadar, ternyata tidak semua harus menjadi biasa--atau, kupikir sudah saatnya untuk bersimpatik pada seseorang; yang bahkan kutahu, menoleh saja tidak akan pernah.
Aku juga tak penah ingin bernego-nego tentang cinta, yang kutahu, ketika bersamanya pun; aku jatuh, jatuh hati pada sikap yang langka, jatuh hati pada beberapa cerita yang kuinginkan menjadi sebuah kisah yang bermatang bahagia, aku juga jatuh hati pada seseorang yang menurut sebagian orang luarannya saja yang menarik.
Aku jatuh pada seorang lelaki dengan wajah kusut dan sifat yang pemalu. Pada seorang lelaki yang berpikir dan mendukung tiap apa yang aku semai, manakala kami saling menyaut tentang sebuah skenario dibalik seorang penulis, atau tentang dukungannya tentang hasil buah pikirku dalam bentuk fiksi yang terangkai yang selalu dipujinya; tak henti-henti.
Ah, sudah lama rasanya, terakhir ketika aku sedang keruh-keruhnya, ia mendekap mataku dan memberi keyakinan kuat, serupa merubah pikiran kosong, ia juga menabur kesedihanku disenda gurauan.
Aku sadar sekarang, bahwa ternyata; aku mulai tertarik padanya. Persis ketika ia tertarik pada cerita-cerita konyolku, segala bentuk tertulis yang aku suguhkan tentang ketikan jemariku, ataupun ketika pujian datang manakala aku mengarang rangkaian kata. Ia seakan menyebutnya--menarik? Ah, atau hanya imajinasiku saja yang berharap ia mengatakannya.
Persis ketika bibirnya menguntai kata-kata pujian terhadap karyaku, membuatku selalu ingin menulis; tapi yang pasti, beberapa cerita ini ternyata terlalu bertumpu padanya. Sampai aku lupa tentang sebuah inginku untuk menjelma menjadi seseorang yang lebih baik karena diriku--sampai aku selalu menjadikanmu tokoh yang paling aku favoritkan, dalam skenarioku--ataupun hidup nyataku.
Kepadamu,
Aku takut, ketika pada akhirnya yang muncul dari sisiku adalah ketidaknyamanan yang terekam dipikiranmu. Sesekali aku ubah posisi itu, membiarkannya bertumpu pada perasaanku--sendirian, supaya kamu tak perlu berlari dan mulai mundur, aku takut ketika ternyata bayangan dari belakang fiksiku akan kabur; itu membuat jemariku semakin sulit untuk bersahabat dengan pikiran, juga hatiku--yang mana kau tau bahwa sebagiannya sedang tidak baik-baik saja, sebab ada padamu.
Aku juga takut, manakala sebagian cerita hidupku adalah bayang-bayang yang tak jelas, entah ada kamu atau tidak; bagaimana aku? Akankah aku bertahan untuk tetap menguatkan kenyataan atas sebuah pilihan? Jika ternyata, suatu saat, seseorang yang tengah aku harap sedang tak nyaman, karena aku mencintainya?
Kepadamu,
Aku pernah berlari sekencang mungkin, menyatu pada aktivitasku untuk melupakanmu; namun ternyata kekalahan yang menang, tiap-tiap kebaikanmu selalu dapat muncul dalam memoriku, hingga aku kehabisan cara untuk menghapus dirimu.
Aku juga pernah ingin kabur, satu hari saja tidak berjumpa padamu; tak akan bisa. Kita begitu dekat, hingga ternyata kamu tak akan pernah sadar tentang setengah hatiku yang sedang disampingmu; pun ketika jauh. Aku selalu berusaha untuk menghindari rasa sakit; ketika penolakan atas perasaanku ini akan terjadi nanti.
Aku seringkali mundur; sebab terlalu banyak orang yang menaruh hati padamu; pada kebaikan-kebaikanmu, juga pada segala pola pikirmu. Aku juga seringkali tak menggubris, supaya kita sama-sama baik saja; kamu tetap jalan pada duniamu, sedangkan aku tak terlalu jatuh pada perangkap yang aku buat sendiri.
Aku ingin menyerah; untuk berhenti mendekapmu dalam pikirku. Banyak cerita yang aku khawatirkan ketika kita bercengkrama, jangan terlalu memberi simpul kedekatan; aku takut semakin perasa.
Aku juga tahu, kita diciptakan tidak untuk saling mengerti dan memahami, kau hanya baik; aku saja yang terlalu menganggapnya berlebihan.
Aku kelelahan. Padahal,
Bukankah, mencintai seseorang tidak perlu tenaga?
-Dikutipuntuksebagianorangyangsedangjatuhsendirian-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terlalu lama
Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...
-
Hai, kali ini berhenti buat prosa-prosa dulu ya. Aku mau berbagi ke kalian kalau sekarang aku juga nulis diwattpad:) Emang baru sih, aku la...
-
Halo teman-teman! Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya tentang jurusan dari universitas ini nih. Berhubung aku mahasiswa angk...
-
Kali ini emang out of topic banget sama yang biasanya aku bikin. Bukan tentang rangkaian kata, kali ini rangkaian cerita perjalanan ya...
No comments:
Post a Comment