Wednesday, October 10, 2018

"Aku memang tak seperti dia! Bahkan jauh, jauh lebih buruk!"

"Aku memang tak seperti dia! Bahkan jauh, jauh lebih buruk!"

Aku mulai paham ketika dunia merubah rencana, bagaimana semua terbentuk dengan proses panjang, lika-liku yang tak hentinya menemukan muara, hingga ternyata; setengah perjalanan telah aku temukan takdirnya. Ialah yang sekarang, bahwa Tuhan sungguh amat memilih yang terbaik; meski mungkin aku harus banyak belajar melupakan espektasi-espektasi lama tentang mimpi yang tak lagi menarik.

Ya, aku paham betul bagaimana merelakan ingin, menjalani yang ada, tumbuh dengan paksa rasa kesenangan. Ada satu waktu yang tak pernah aku gubris pada-Nya, ialah rasa syukur, dan harusnya keberuntungan itu adalah yang aku senangi dan tak pernah aku proses dengan buruk.

Tentang sebuah proses, baiklah, ada beberapa cerita yang ingin kurangkai, tanpa mengkaitkan orang ketiga, tanpa perlu merasa waspada. Tidak, tidak ada yang aku pakai disini untuk mempahitkan orang lain. Tak akan ada yang harusnya tersakiti; karena aku tidak menghidupkan siapa-siapa dalam cerita ini.

Kamu tahu Bill Gates?
Seseorang yang sukses bahkan namanya tengah melambung dimana-mana, tapi, ada sesuatu yang berbeda. Bahkan segala tugas-tugas akademis perkuliahan amat berbahaya.  Ia menjalani hari-harinya melalui apa yang dia sukai; kutu buku misalnya. Hidupnya amat lebih baik seperti itu daripada harus menyesuaikan diri pada kerumunan orang-orang. Pada pertengahan perkuliahan, ia memilih drop out dari kampus terkenalnya. Mendirikan microsoft yang dulu belum booming dan menarik. Dan sekarang, software yang ia dirikan adalah yang semua orang butuhkan, tak pernah tidak.
Lihat, ia lebih memiliki tujuan hidupnya daripada sekedar menjunjung cara-cara buruk untuk mencapai keberhasilan. Ia telah melampaui teman-temannya karena pola pikirnya yang berbeda.

Jack Ma, seorang manusia yang menjalani masa kecilnya di daerah Hangzhou, sebuah kota turis yang ada di China. Ia ditolak berbagai univesitas karena gagal, kemudian karena keadaan tempat tinggalnya ia memutuskan mengambil diploma bahasa inggris, segala kehidupan pahitnya pun mampu membawanya hingga ke Amerika, mencari-cari investor asing untuk perusahaannya, namun kemudian Alibaba melejit pada masanya, ketika kita belum mulai-mulainya fanatik dengan teknologi.

Kamu tahu? Kesuksesan itu tumbuh begitu sederhana. Mereka orang-orang baik yang siap bernalar tentang hidup, menjalani hari-harinya dengan keyakinan, usaha pun tak pernah hengkang dari hidupnya, kegagalan juga; ia selalu menyapa kehidupan orang-orang.

Ah, kenapa kita tetap menilai bahwa keberhasilan adalah apa yang kita dapatkan hari ini? Bahwa nilai-nilai baik yang tidak didukung cara-cara baik adalah sesuatu yang paling sedemikian besar dan penting? Sehingga, mungkin, termasuk aku; menilai orang-orang dengan apa yang mereka dapatkan dari cara-cara tidak baik menjadi sebuah prioritas yang menyakitkan hati kita. Padahal, bukankah yang harusnya tersakiti adalah orang-orang tersebut karena hatinya tidak pernah tenang melakukan hal-hal buruk?

Tidak, seharusnya tidak. Karena tidak ada yang terpecahkan ketika kita menilai orang-orang yang sejujurnya tengah jauh dibawah kita; dalam hal keyakinannya pada Tuhan, dan dari hukum alam bahwa karakter ingin dijunjung karena mendapat pencapaian luar biasa.

Tidak, tidak ada cerita untuk memperkeruh suasana.

Memang, aku tidak lebih dari orang-orang yang sekedar berjuang mencapai sesuatu yang maksimal.
Karena tujuanku tidak lagi untuk sebuah hasil, namun tentang keyakinan, bahwa berapapun hasil yang aku capai, ialah karena kerja keras dan proses panjang; dan Allah selalu berhak memutuskan.

Dan aku tidak lagi tertarik untuk melihat orang lain lebih baik dengan cara-caranya yang tak wajar. Tenang, hidup bukan berlomba-lomba untuk menyaingi orang lain, namun berlomba untuk mencari prinsip hidup itu sendiri.
Ingin disanjung dengan segenap keberhasilan melalui proses yang buruk tidak akan menjamin masa depan baik,
Maka,
Kepada kita,
yang masih sama-sama belajar untuk tidak membandingkan diri dengan siapapun,
jadilah sebaik-baiknya orang
sebab prinsip untuk menjadi baik tak akan pernah mendapati akhir yang buruk.
Dalam hal apapun, sesederhananya; kamu tetap tegas terhadap dirimu, untuk tidak ikut-ikutan jatuh ke lubang yang sama.

Ada satu penulis favorit yang hingga kini aku kagumkan pada caranya berpikir dimasa itu,
"Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan." - Pramoedya Ananta  Toer pada Bumi Manusia.

Jangan, jangan pernah membandingkan karya-karyamu, nilai-nilaimu, segala aspek dalam dirimu yang mungkin bagimu tak menarik dan tidak sebaik orang lain.
Ketahuilah, dalam hidup, yang kamu tuju adalah kebaikan.

Mari berhenti menggunakan penilaian terhadap aspek keberhasilan dan kelebihan seseorang melalui satu kisah, melalui akademisnya yang ternyata tak semenarik pemahamannya, melalui wajah cantik dan tampannya namun tidak dengan hatinya.

Kamu, jadilah sebaik-baiknya orang. Maka kebaikan berwujud keberhasilan, atau kebaikan menuntun mendapatkan orang yang juga baik.
Ingatlah, tumbuh pada duka cita yang panjang, jangan memilih menjalani sesuatu yang buruk, kamu harus bisa memahami prinsip keberhasilan dan kesuksesan.
Dan,
Berhenti menyaingi dirimu dan membandingkannya dengan orang baik.

"Nilainya bagus ya,"
Padahal kamu tidak tahu, ia yang selama ini belajar sunguh pada ujian, yang ternyata pada hari-harinya juga berlaku baik; atau ia yang selama ini menaruh keburukan pada ujian, suatu saat tidak lebih baik.
"Dia cantik/ganteng, ya"
Padahal kamu tidak tahu, ia yang selalu mengumbar-ngumbarnya suatu saat akan mendapatkan hukuman, dan ia yang selalu menyembunyikan dan menutupi segalanya agar tidak dipandang begitu dengan orang lain akan mendapat ketentraman.

Didunia ini ada beberapa kisah yang dilalui orang lain dengan cara-cara berbeda.
Kenapa kamu harus merasa tersakiti pada orang-orang buruk yang tak pantas kamu bandingkan dengan dirimu yang selalu menuju kebaikan-kebaikan?
Didunia ini, kamu tidak perlu membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain, hidup itu tentang menjalani sebaik-baiknya. Tentang kesungguhan dan kedamaian. Jangan membebankan hati jika apa yang kamu dapat pada orang lain selalu lebih baik dan tak sebanding dengan dirimu. Ingatlah, untuk menjadi maju, kamu hanya perlu melihat dirimu, menentukan prinsipmu, masuk ke zona-zona buruk atau zona-zona baik.


Ohya,
Lihat dirimu, lihat lantaimu. Kau punya tempat bersandar, Sayang.

No comments:

Post a Comment

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...