Monday, October 22, 2018

Selamat datang!

Selamat datang diduniaku, silahkan masuk pada segala yang orang tidak paham.**

Kemudian ia memojok diantara sudut dinding-dinding kokoh, duduk mencari celah nyaman, melupakan setiap kisah yang masih membelenggu hari-hari panjang. Tarikan nafas itu masih saja terdengar ricuh; seperti untaian hatinya yang tak pernah tenang.
"Ada apa denganmu?" Berdialog dengan kata hatinya, serupa memenjarakan alibi terhadap satu sosok dihadapannya. Tidak, dia sendirian, bersama rupa-rupa bayangan yang menjelma orang penting tapi ternyata hatinya sendiri.

Tarikan nafas itu panjang, diajaknya hati mengulang-ngulang ingatan untuk melepaskan jenuh dan rasa kalapnya terhadap hari-hari yang membosankan. Kemudian ia menggelengkan kepala, tidak banyak bercerita pada kata hatinya sendirian, membiarkan paksa untuk terus ditebak namun selalu mengelak dan enggan menyeruak.

Ya, tepat setelah tanda tanya begitu besar dengan berdiri sendirian tanpa ada setubuh orang lain pun diantaranya, baiklah. Hari ini ia harus banyak-banyak belajar menjadi seseorang yang sama. Menjadi sederet manusia yang kadang suka kalap terhadap perbuatannya, atau merubah dirinya seperti menyenangkan; hidup untuk tertawa-hidup untuk bersenang-hidup untuk memamerkan segala yang ia tahu-atau hidup untuk mendengkur.

Pada hari itu ia mencoba menyulitkan dirinya. Seorang wanita yang tengah merubah diri untuk terlihat amat menarik pada pandangan, semua berubah, aktivitasnya tidak lagi hedon pada aksara-aksara-dan aksara, gerak-geriknya tidak lagi tentang diam-tertawa-terlelah. Sejak itu, ia mencoba menjadi bayang orang lain yang tak peduli, bahwa ia sedang menyulitkan dirinya sendiri.


Diujung pojokan dinding, ia tengah bersenandung tentang visimisi menjadi orang lain. Hidup untuk menyenangkan orang lain, hidup untuk bersahabat pada keegoisan dan bertumpu pada begitu bahagianya menjadi tersesat. Tak peduli seperti apa, ah, menjadi menarik itu gampang!
Kemudian ia bersahabat pada kata hatinya, sekali lagi. Ah, akhirnya hati itu menyerah. Ditengah keheningan, ia menjadi ramai. Serupa saat memadu pada perasaannya kala itu, ia kini menjadi orang lain yang lebih suka disukai banyak orang. Ya, rasanya tersesat pada malapetaka, menjadi ruam orang-orang yang sebenarnya membuat keram.

Sesederhananya,
Ia hancur atas dirinya, sebab ia tumbuh menjadi orang lain.

Kemudian ia tersesat, ia hilang kendali,
Ia sedang menemukan titik bahagianya, tidak; sama sekali tidak.

Ah, kenapa ia harus menerimanya? Menyulitkan segalanya, mengutuk dirinya yang seperti tak berharga. Mengelabui dirinya untuk menjadi bayangan, dan yang terakhir, ia semakin jatuh rasanya diantara kesanjungan orang-orang tentang sifat barunya.

Akhirnya ia mundur, menutup kisahnya yang menarik dimata orang.
Membiarkan dunia yang tumbuh sebagai pondasinya, menemani dunia yang hanya paham dirinya.

Biarlah, biarlah ia tumbuh sedemikian dirinya. Sebab berubah, selalu membuat pilu dan melukai. Berubah, membuatnya disukai, tapi ia tetap membenci.

Ia kembali, ia selalu kembali,
Selamat datang didunianya,
dunia yang lebih suka merangkai daripada berbicara begitu besar; kemudian jatuh. Dunia yang lebih suka ketenangan; tanpa keributan, tanpa kata-kata hujatan. Dunia yang lebih suka mengandai dan mencipta imajinasi; tanpa perlu menunjukkan juga memamerkan.
Dunia yang lebih suka memendam; apapun yang ternyata terlalu takut pada segala hal.
Dan, selamat datang pada dunia yang tak banyak orang tahu.

No comments:

Post a Comment

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...