Saturday, December 26, 2015

aku baik-baik saja.

Entah ini pilu atau haru. aku merindukan sesuatu yang entah terlampau sejak kapan. sesuatu yang terasa aman dan sejuk dihati. sesuatu yang terasa reda sejak pertama kali aku belum menyingkir dan menepi. entah ini pilu atau haru. tentang sebait perasaan yang sukar diluapkan. tentang sebait susunan asa yang bergeming membuyarkan pikiran. apakah aku tertipu lantas hanya bisa kaku? tentang perempuan itu. wanita yang dengan sengaja dikobarkan saat aku tak lagi muncul. wanita yang dengan sengaja dilirik hingga lupa bahwa ada sebuah hati yang lagi ditemani. wanita yang dipuja dengan antusias dibelakang panggung, bersandiwara tanpa menggunakan jubah khas seorang pangeran ditokoh dongeng ataupun topeng-topeng yang menyembunyikan kepalsuan. wanita yang dipamerkan habis-habisan tak kala aku belum menyibak segala adegan. wanita yang dipuja dengan segenap perasaan yang terlihat tulus tanpa ada maksud lain. tulus? itukah tulus? kembali saat wanita incaran tak menanggapi. begitu seterusnya. saat aku sedang mengurung diri dan berpura-pura tak mengerti di bilik suram. saat aku berpura-pura menyikapi hati bahwa aku baik-baik saja. bahwa aku baik-baik saja.(bahwa aku baik-baik saja.)

Saturday, December 12, 2015

teruntuk kamu..

Teruntuk kamu yang sedang terbelenggu masa lampau dengan muka yang masam sambil menekuk kedua kaki dengan tatapan nanar.
Teruntuk kamu yang belum mampu merelakan sebagian rasa bahagiamu untuk orang lain yang bahkan sudah menjadi pengganti hadirmu disisinya untuk waktu kedepan dengan keceriaan yang sempurna tercipta.
Teruntuk kamu yang memendam rindu pada seseorang yang sudah lama berlari pergi dengan wajah suramnya lantas riang disebrang sana seakan tak pernah ada rasa cinta padamu dihatinya.
Teruntuk kamu yang baru saja perasaannya dipatahkan semena-mena seakan tak ada satu katapun yang bisa digambarkan runtuhnya sebuah pengharapan.

Saturday, November 14, 2015

Karena ini.

Udara malam menelusuri setiap bagian darah dalam tubuh ini. Sejuk. sekitar sejam yang lalu baru saja turun hujan. aku tak berkoar-koar mengingat sebuah memori, lantas ia terlintas begitu saja. aku lelah, stranger. kusebut seperti itu, karena saat ini kita tak seperti orang yang sudah kenal lama, tak seperti orang yang sempat pernah merasa bersama. seakan pertemuan yang dulunya sempat kita bahagiakan bersama kini tandus menjadi gersang. kemarau.

aku mengingat satu waktu dimana udara hujan itu begitu sejuk saat kita saling menghirupnya bersama. bersama dengan arti "kita". saat "kita" tak hilang begitu saja seperti saat ini. saat kita menikmati hidup dengan tanpa terpikir untuk menyakiti. aku yang salah. aku yang mempertahankan semuanya. aku yang percaya dengan buaian konyol sang pemain rasa. begitulah. lagi-lagi, semuanya hancur melebur karena aku yang sempat menghadirkanmu.

Sunday, October 25, 2015

Teruntuk Tuan..



Hi Tuan.
Malam semakin larut ya. Kicauan suara katak dan sejenisnya semakin mengalirkan perasaan dihati ini. Rasa rindu, segenap rindu yang menghiasi gelapnya langit hitam ini. Aku lupa memberitahumu, lepas hujan tadi, aku tak kunjung berhenti mengingatmu. Deru angin bahkan tak begitu berpengaruh pada sejuk hati. Air itu menetes deras, tuan. Seperti rasa rinduku padamu yang terus mengalir. Aku mengingatmu disela kesibukan duniaku. Aku memperhatikan bayangmu yang seakan ada di seberangku. Ternyata jauh, kita sedang melamunkan diri masing-masing. Berusaha tak peduli, dan melepaskan bayangan itu. Kembali mengukir tawa dan canda baru, ya benar, tentu saja tanpa ada senyum istimewa yang terukir.
 
Tadi, saat hujan, aku tak melihat sedikitpun tentang kehadiranmu. Seperti dongeng, orang bilang ia akan menemukan sosok setelah hujan. Hujan itu istimewa. Seperti kita yang sedang berpura-pura mengistimewakan hati masing-masing. Lantaran, ada yang harus kita perbaiki masing-masing. Tanpa harus bertemu, atau bahkan bersapa sekalipun. Rindu ini terus bercerita, tuan. Aku belum bisa lupa tentang arti pertemuan. Aku harap, kita baik-baik saja. Dengan hati yang baik. Dan masih sama dengan perasaan yang lama. Tak berubah. Meski keadaannya sudah tak tersusun indah.
 

Saturday, October 10, 2015

hati?

Bersenda gurau tanpa cakap memang cukup menyebalkan. memaksa berbicara diantara goresan keheningan memang sebagai tempat pelampiasan. bagiku, singgah yang telah terlalui itu bukan goresan yang gemulai. kehadiran tanpa persoalan adalah cerita yang ingin diperoleh oleh para penggapai. jejak-jejak mistis tentang persoalan hati adalah ruang yang tak dapat ditemukan endingnya. cerita tentang kelap-kelip perasaan justru adalah hal yang selalu terumbar. berbahagia tanpa suara, lalu lupa akan sebuah kebahagian yang sejatinya. selalu seperti itu. tak perlu mengorek sedalam apalagi, tersebab itulah yang selalu dinanti, akhir bahagia yang bukan memenangkan pemiliknya. akhir bahagia duka, yang tanpa perlu banyak bicara akan mampir dengan sendirinya. iya, selalu dinanti. mengapa? karena inti segalanya adalah ending yang usai. tak perlu mencemaskan atau membuat teka-teki tentang itu. suatu saat, semua akan terjadi tanpa keinginan sang hati.

Jika memang berbaik hati dan tak akan mengakhiri, sampai kapan kah semua akan berjalan seindah imajinasi? seperti dongeng atau cerita anak-anak yang membahagiakan, atau cerita mimpi yang selalu diciptakan. bagiku, naluri hati mengikut sertakan sebuah harapan. tapi salah, terlepas dari kenyataan justru semakin mengagetkan. hal-hal yang belum usai sudah harus dilepaskan. keinginan tentang genggaman yang terus erat akan terlepaskan begitu saja.

Sunday, September 13, 2015

Karena aku berharap

tangisku pecah saat aku sedang duduk sembari mengangkat tangan. bibirku bergetar, airmata sudah diujung, keheningan malam itu seakan membuat aku merasa berdua saja dengan tuhan, ku diam menatap sajadah,sambil mengutarakan isi hati yang kian menganga. disela sela itu, angin menemaniku. buaian perkataanmu seakan hilang di terpanya. doa ini ku titipkan puda tuhan. menengadah di malam yang kelam. sunyi, entah dimana orang orang. ku lap air mata yang ingin jatuh, sembari menyakinkan diri bahwa hati ini kuat. malam itu berbeda, air mata tak henti-henti nya ingin mengalir indah di wajah yang sedang padam, sama dengan hatinya. bibirku lagilagi bergetar, kusebut nama mu dalam Do'a kepada-Nya.

Perpisahan itu seakan membuatku linglung. membuatku buta arah dan buta tenaga. entah ada dimana lagi rasa semangat itu. seolah-olah, aku sedang mengulang dari awal, hati ini tenggelam dalam sekali, kesepian karena ditinggalkan. pemiliknya tau bahwa ada sesuatu yang beda, sesuatu yang ganjil tapi apa itu. pemilik perasaan itu tau kalau semua kisahkisah itu palsu. pemilik itu paham bahwa ditinggalkan jauh lebih suram daripada meninggalkan. perpisahan ini membuat daya pikirku lemah. pemiliknya tidak bisa menunjukkan seperti apa, sebab, apakah jauhnya jarak dapat menembus hati yang tak paham itu? daya pikirku menurun, tuan. lantas bukan langsung aku tak menerima, ada harapn-harapan dan kebaikan yang selalu ku beri tanpa pernah anda mendengarnya. ada rasa canggung, rasa jenuh, sebab jarak palsu. jarak ini memisahkan ruang untuk kita bisa saling berharap pada Allah bahwa kita tak ingin lepas. sebab jarak ini palsu. dan berujung berpisah.

Saturday, August 1, 2015

rindu

Aku menulis cerita ini bukan untuk mempersulit kalian.

Jauh disini, jemari tangan ini terus mengetik, otak ini berputar, berpikir misterius tentang hidup. kamu tau semisterius apa? tentang rindu. kerinduan itu merekah, menghadirkan kecemburuan tersendiri. aku cemburu. iya, aku cemburu teman. bagaimana tidak? kebahagiaan itu terpancar indah. seindah saat dulu aku bersama mu. kamu tau? aku sempat merasa bahagia, meskipun saat ini semuanya padam. entahlah. hilang begitu saja. misterius.

Kuhadirkan senyum lagi dikeseharianku yang baru, lingkunganku, bahkan hidupku. tapi yang terjadi hambar. getir. seakan-akan rasa rindu itu muncul lagi. bibir ini bergetar, menahan air mata yang ingin menetes. kamu tau? sesakit apa rasanya mengulang kembali? entahlah. senyum ini tak bisa kuhadirkan seindah dulu, hilang, semuanya benarbenar hilang.

Wednesday, March 11, 2015

palsu

Katanya ada sebuah perasaan yang bisa menjagamu. mengajarimu mengerti sesuatu. mengembangkan rasa yang harus selalu kamu tau. iya,rasa yang hadir mendekati mu. merekahkan ribuan rasa yang menggelayut dengan panorama indah disetiap waktu. kamu tau? justru yang terasa pada hatiku, bukan tentang aku yang memendam rindu dalam rasa yang semu. bukan aku yang sedang bermekeran hati tanpa sendu. bahkan kamu yang mengalirkan jahitan pada bahagiaku. kamu menyakitiku tanda aku tak mampu. aku terlalu jenuh mengelabuimu. ya, berpura-pura bahwa hatiku tak tergores kan luka disudut omongan besarmu. pada sang waktu, bagaimana bisa aku mengeluhkan perasaan yang kurasa disetiap saat aku menggerutu? jika ternyata, aku telah benar-benar mendapat cemooh yang sudah tentu. katanya perasaanmu indah padaku, mengapa kamu slalu mengalirkan arus deras yang meroboh kan aku? mengapa kamu bersikeras menyakiniku bahwa kamu benar-benar tulus tanpa palsu? apakah untaian katamu tak dapat menyakinkan aku? lagi-lagi, rasa itu tak seindah dulu. kamu terlalu memujiku hingga kamu lupa betapa berharganya aku dimatamu. kamu tak tau, bahwa semua terjadi tanpa sepengetahuanmu. itu ucapan yang menetas dari mulutmu. tak seperti hatiku yang merasa kelabu. ucapanmu tak seperti dulu, menyeruku untuk berlalu. perlahan namun selalu, hingga kamu tak sadar siapa aku yang selalu hadir dalam doa-doamu. ajari aku mengertimu. tanpa perlu tersayat nya hati ku yang terlalu lelah menangkis ucapanmu. dimana rasa tulus yang seperti dulu? memang. memang kamu masih cukup memiliki rasa itu padaku. Tidak dengan aku. bahkan sudah terlalu lama aku tergores luka dari segala belaian ucapanmu yang menyiksaku. palsu.

Saturday, February 14, 2015

tentang akhir yang berakhir.

Jatuh cinta padamu bagai menggema diatas gunung sana. kamu tau? bagai menyapa burung merpati dikala hati lara. saat aku terjatuh, hanya rasa lah yang membangunkan. namun, taukah kamu? bagai terjatuh diatas puncak. jiwaku runtuh tanpa saksi bisu. terhempas jauh sekali, namun aku mengerti, terlatih patah hati adalah hal yang harus terjadi. aku harus menjalani hari hari, dengan ribuan bayangan yang mengusik hati.

Jatuh cinta padamu bagai mendaki keatas gunung sana. gunung itu. ya. tinggi sekali. bagai hamparan bukit yang tertata rapi. indah sekali. namun, apakah kamu tak tau? tak begitu indah mendakinya. rintangan sulit yang hadir bahkan selalu terjadi. bukan. bukan tentang hati yang mencari celah untuk terus mengarungi semuanya. bukan sama sekali. bukan tentang hati yang susah mendapati segalanya. tentang kejadian yang telah terjadi. tentang mengapa aku memilih mundur tanpa mencobanya. hanya melihat tanpa bisa mencobanya; tentang aku yang pernah memutuskan kesalahan. lebih tepatnya tentang penyesalanku memilih tak mencoba dan menyesal, ya seperti itulah. memilih pergi saat dia memang tak akan kembali.

Monday, January 26, 2015

pergi.

aku selalu bertanya dalam diam ini. bertanya pada diri sendiri. seakan-akan aku tak mengerti. sudah jelas semuanya, didepan mataku semua terjadi. mengapa? aduhai. apakah aku selalu yang merasa ini? aku sudah takmampu. bagaimana bisa aku mengerti? sudah cukup jauh. aku sudah sering merasakan sakit ini, tolong. berhentilah sekarang.

Aku merasa hampa. kosong. mengapa aku yang selalu dikorbankan? apakah aku memang layak dijadikan percobaan? mengapa? apakah aku selalu menyakiti? tidak. aku selalu memberanikan diri menyembunyikan ini. sudah sering. aku sudah sering membohongi perasaan ini. rasa yang mula muncul karena penglihatan yang jelas. apakah kamu belum sadar? apakah air mata yang ku tangisi ini belum membuat semua peka? apa yang ada dibenak kalian? rasa angkuh itu.. rasa yang selalu kalian tinggikan itu tak pernah berarti. lantas, mengapa kamu selalu menoreh luka? apakah aku yang selalu kalian sakiti ini, tak bisa untuk berhenti dari keusikan kalian? sudahi, tolong. aku sudah cukup tersakiti,

Percuma berbual. nyatanya memang tak ada yang mengerti. tuan-tuan yang meninggi, apakah kalian tak mengerti hidup dibawah sederet frustasi? kebencian yang selalu hadir, rasa yang ingin selalu membunuh semua. untuk apa kalian mengelabuiku? aku tau, bahwa memang bukan aku disana.

Tuan-tuan yang sangat kuhormati. aku selalu menjunjung kalian. para pertinggi dari segala risau nya manusia. kalian tau? sudah sering. sudah sering aku tertipu oleh kelicikkan itu. aku sakit. sudah tertusuk jauh dari segalanya. mengapa aku dihadirkan? pun bahwa bukan aku yang dianggap. mengapa? berhenti merisaukan adanya aku, berhenti menyuruhku untuk lari. benci ini sudah semakin memuncak. karena kalian tak tau, perasaan atas apa segala yang tak dianggap. mudah. mudah sekali.


karena lambat laun pun,aku akan pergi!:)-T

Tuesday, January 13, 2015

New.

Selamatmalam. Berbicara tentang masa dan hati. Teruntuk hatimu yg masih menggerutu, apakah kamu masih menyimpan beribu dendam padanya?wahai sang pemilik hati,tak ada gunanya memendam amarah. Masa?ini sudah 2015.ini nyata,ini sudah berubah menjadi tahun yang baru.semangat baru! Dan kamu harus punya itu!untuk apa memendam keraguan hanya untuk melumpuhkan pikiran?apakah kamu tak jenuh terus memikirkan semuanya?sudahlah.sudah,alangkah baiknya kamu kembali keawal.percayalah,rencana sang maha kuasa lebih ampuh.suratan takdir mu ada padanya.jangan terus mencambuk hatimu yg layu itu.toh diapun sudah pergi bersama angin yg meniupnya.pergi jauh.meskipun kamu selalu bertemu kembali dengan tatapan itu.untuk apa?ah sudah.jangan pedulikan ini semua.masa depanmu lebih indah.ada yg selalu menunggumu didalam diamnya.bersama turunnya mentari,ada yg meniupkan namamu diantara ribuan burung camar itu.bersama gelapnya angkasa,ada yg selalu memikirkanmu dihadapan eloknya sang purnama.padahal,meski tak ada yg tau,hati itu tau kemana ia akan menuju.kemanalagi jika ada kamu disana?dia memilih kamu.teruslah mengejar mimpi dan harap.yakinlah ia menunggu setia. yg baik akan selalu mempertahankanmu.pasti ada.mana mungkin orang seperti kamu tak dipedulikan?yakinlah.ini 2015.semangat baru.keyakinan baru.hati utuh yang baru.salam manis,2015.

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...