Teruntuk kamu yang sedang terbelenggu masa lampau dengan muka yang masam sambil menekuk kedua kaki dengan tatapan nanar.
Teruntuk kamu yang belum mampu merelakan sebagian rasa bahagiamu untuk orang lain yang bahkan sudah menjadi pengganti hadirmu disisinya untuk waktu kedepan dengan keceriaan yang sempurna tercipta.
Teruntuk kamu yang memendam rindu pada seseorang yang sudah lama berlari pergi dengan wajah suramnya lantas riang disebrang sana seakan tak pernah ada rasa cinta padamu dihatinya.
Teruntuk kamu yang baru saja perasaannya dipatahkan semena-mena seakan tak ada satu katapun yang bisa digambarkan runtuhnya sebuah pengharapan.
Teruntuk kamu yang rela mengorbankan apapun untuk menguatkan hati seakan memang satu-satunya seseorang yang harus dinanti.
Teruntuk kamu yang sedang menunggu seseorang yang seakan-akan untuk singgahnya kepadamu adalah pilihan ke 2,3,4 atau seterusnya.
Teruntuk kamu yang belum bisa memberi ampunan pada seseorang yang dengan sengaja mematahkan perasaan untuk memberi balasan kebenciannya yang tak bisa dihapuskan.
Teruntuk kamu yang masih sibuk membuat opini bahwa segalanya akan kembali dikemudian hari dengan tanpa adanya kebencian yang meneriaki.
Teruntuk kamu yang belum bisa mengerti arti sebuah penantian indah yang tanpa akan ada sakit yang tumbuh merekah.
Teruntuk kamu, yang menanti harap dalam sisa waktu penantian sia-sia.
Kupikir. kamu pikir. dia pikir. Kita memang tak bisa bercakap banyak tentang pemikiran masing-masing. terbelenggu dalam imajinasi diri yang menjadi pokok penting dan inti dari segalanya. berambisi. kusebut saja seperti itu. aku,kamu,dia. kita tak begerak lurus bersamaan. bahkan langkah kaki kita tak setapak. Namun, adakalanya kah suatu saat kita saling bercengkrama dalam satu pautan?
Salam jemari, nona manis. salam dari jentikan tangan ini, Tuan.
Mengacu pada etika perasaan. pada tata krama yang didada. sebut saja;hati. Senja, akankah membius berbagai formasi apapun dilangit? Tidak? bergulir,menepi diri, merujuk malam untuk membentengi separuh dari 24 jam. Hitam. iya berwarna gelap. jangan sebut hati itu hitam juga.
hanya karena sedang dalam arung jeram yang berdegup dan berbahaya. seperti terciut padu dalam kerapuhan yang sudah dititik puncak. aku mengerti. sebab kita dalam satu kisah yang sama. tak perlu dirincikan semaksimal mungkin, anggap saja kerapuhan hati yang berkoar itu susah untuk dirujuk kembali.
Teruntuk kamu. ingatkah itu?
Tuan. ada yang tak bisa membuatmu paham tentang sebuah pengharapan dan pengikhlasan. ada yang belum bisa meresapi tindakan yang seolah amat misterius ditunjukkan. ada yang tak bisa mengenali setiap tingkah laku yang tak logis diperlakukan. hei. Tuan. aku memahami hatinya. rasanya dibodohi habis-habisan itu tak sebercanda sebuah lelucon. rasanya dijadikan bahan bercandaan tetap tak bisa membuat mulut tertawa. membungkam. bahkan terbuka sedikit saja tak akan terjadi. Aku bukan orang yang diperlakukan dengan segala tindakan. aku hanya sedang memahami hatinya. Aku hanya memahami setiap hembusan nafas panjangnya yang menghadirkan kerapuhan. Aku hanya memahami lirih batinnya, segala keruntuhan yang terjadi setiap segalanya berubah begitu menyesakkan.
Nona. Aku tak mengomentari segala kerapuhan yang tersulit itu. Bagiku, sisa-sisa perasaan yang menggerutu itu akan lebih bermartabat daripada rasa kebencian yang ingin diluapkan. lepaskanlah. maafkanlah. jangan memaki dalam hati, sebab tak akan ada yang dapat menopang isi hati. ciutkan. redakan dengan sebab-akibat yang akan didapat setelah lambat laun diobatkan.
Aku tak berpihak pada keduanya. aku hanya sedang menyimpulkan tentang pembelajaran sebuah perasaan. aku hanya merangkum kisah-kisah yang eksotis. melerai agar dapat memahami.
Teruntuk kamu, yang menanti harap dalam sisa waktu penantian sia-sia.
Sebut saja;aku. seseorang yang dengan canggung menyikapi berbagai hal dalam berbagai situasi. Aku berusaha memberi ampunan pada setiap sosok yang menanamkan mata pisau dipertengahan hati. Mencoba luapkan segalanya tanpa menanamkan pedang dan menyayati hingga darah bercucuran untuk membalas dendam. tidak. Ada seseorang yang dengan sengaja melontarkan senyum kecut dengan wajah yang tersamarkan. Ada yang melirik dengan senyum manis, buih-buih kebusukan ada dihatinya. Ada yang memincingkan sudut pandang dengan segala yang ada dipikirannya. memang begitu. memang begitu cara seseorang untuk mempertahankan rasa benci.
Nona manis, teruntuk kamu yang sama sekali tak mengerti.
Tuan terhormat, teruntuk kamu yang sama sekali tak menyadari.
Fajar. akankah membius berbagai formasi apapun dilangit? Tidak?
bergulir,menepi diri, merujuk pagi untuk membentengi separuh dari 24
jam. bersinar. bukankah ini kesempatan menerangkannya? hanya
karena sedang dalam komplikasi paling rumit yang tak bisa mengalihkan semuanya agar menyudahi setiap klimaks dari perasaan kacau itu. aku mengerti.
sebab kita dalam satu kisah yang sama. tak perlu dirincikan semaksimal
mungkin, anggap saja semuanya berhak untuk nuansa damai.
semua berhak meniru awan, melambai-lambai liukan pepohonan, suasana pagi, itu yang dinantikan sang pencerah hati. suasana pagi. sedikit membumbui kesadaran diri.
Teruntuk kamu,yang menanti harap dalam sisa waktu penantian sia-sia.
Seperti menanti malam panjang,yang tak akan terburu-buru menjadi pagi.
Nona,Tuan.
kita mengevaluasi makna hati, bukan menerka. kita arungi dengan ketegaran setiap kejadian, bukan memaki.
Lantas, mengapa keluh kesah kita seakan lebih banyak daripada merelakan secuil kesalahan? fatal bukan?
Teruntuk kamu, yang perlahan mulai melepaskan kebencian.
yang perlahan membuktikan, bahwa perihal perasaan tak perlu dicemasi.
semoga. selalu. tanpa jeda.
Saturday, December 12, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terlalu lama
Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...
-
Hai, kali ini berhenti buat prosa-prosa dulu ya. Aku mau berbagi ke kalian kalau sekarang aku juga nulis diwattpad:) Emang baru sih, aku la...
-
Halo teman-teman! Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya tentang jurusan dari universitas ini nih. Berhubung aku mahasiswa angk...
-
Kali ini emang out of topic banget sama yang biasanya aku bikin. Bukan tentang rangkaian kata, kali ini rangkaian cerita perjalanan ya...
No comments:
Post a Comment