tangisku pecah saat aku sedang duduk sembari mengangkat tangan. bibirku bergetar, airmata sudah diujung, keheningan malam itu seakan membuat aku merasa berdua saja dengan tuhan, ku diam menatap sajadah,sambil mengutarakan isi hati yang kian menganga. disela sela itu, angin menemaniku. buaian perkataanmu seakan hilang di terpanya. doa ini ku titipkan puda tuhan. menengadah di malam yang kelam. sunyi, entah dimana orang orang. ku lap air mata yang ingin jatuh, sembari menyakinkan diri bahwa hati ini kuat. malam itu berbeda, air mata tak henti-henti nya ingin mengalir indah di wajah yang sedang padam, sama dengan hatinya. bibirku lagilagi bergetar, kusebut nama mu dalam Do'a kepada-Nya.
Perpisahan itu seakan membuatku linglung. membuatku buta arah dan buta tenaga. entah ada dimana lagi rasa semangat itu. seolah-olah, aku sedang mengulang dari awal, hati ini tenggelam dalam sekali, kesepian karena ditinggalkan. pemiliknya tau bahwa ada sesuatu yang beda, sesuatu yang ganjil tapi apa itu. pemilik perasaan itu tau kalau semua kisahkisah itu palsu. pemilik itu paham bahwa ditinggalkan jauh lebih suram daripada meninggalkan. perpisahan ini membuat daya pikirku lemah. pemiliknya tidak bisa menunjukkan seperti apa, sebab, apakah jauhnya jarak dapat menembus hati yang tak paham itu? daya pikirku menurun, tuan. lantas bukan langsung aku tak menerima, ada harapn-harapan dan kebaikan yang selalu ku beri tanpa pernah anda mendengarnya. ada rasa canggung, rasa jenuh, sebab jarak palsu. jarak ini memisahkan ruang untuk kita bisa saling berharap pada Allah bahwa kita tak ingin lepas. sebab jarak ini palsu. dan berujung berpisah.
rasa sakit yang tuan ciptakan itu seakan memberi kelemahan batin dihatiku. bukannya aku semakin sanggup menjelajahi dunia seram ini. justru semakin terhempas, tak tau tujuannya. bukannya ini mengungkit pilihan anda, ini hanya sebatas pengutaraan isi hati karena lagi-lagi ia cenderung merasa dikhianati. sebatas teman? doa-doa dan harapan itu tak akan pernah hilang, teman. sebab, doa itu hanya harapan agar kita tetap bisa berteman. pilihan itu sempat menyadarkanku. menyadarkan bahwa semua ini berujung pilu. ada sesuatu yang memang tak bisa dipaksa, ada sesuatu yang cenderung seperti menjauhkan, menjauhkan antara hubungan manusia dengan ciptaan-Nya.
Tuan, kamu yang pernah singgah. bulir-buliran doa ini tak pernah padam. kisahkisah terdahulu mungkin memang sudah padam. bulir-buliran air mata ini tidak karena kamu. mungkin, hanya karena isi hatiku pada ciptaan kita. isi hatiku kepadanya, karena aku terlalu berharap kamu yang tidak akan pergi, dan menemaniku menuju surga-Nya. karena aku yang berlebihan, memberi sebagian ketulusan itu dengan sangat antusias. bulir-bulir dari hati ini juga ikut main. ia juga ingin berperan. bulir-bulir hati ini seakan menyudutkanku. memberi tau bahwa sungguh aku yang memang terlalu meninggi. meninggikan sesuatu hingga sesuatu itu pergi.
Malam itu, aku takbisa berbicara apapun. sebab, hanya dengan tuhan hati ini berbicara. air mata terus mengalir, tuan. bibirku saat itu terus bergetar, getir sekali. kepingan hati yang mati ini, tak ingin mengakhiri ceritaku dengan Allah saat itu. tak ingin berhenti mendoakanmu walau perasaannya pecah. hatiku terlalu pasrah. sudah tak tau dan tak mengerti lagi rasanya bercengkrama dengan manusia. sudah kuceritakan semua tentang kita. sudah terbawa angin malam saat itu. angin malam yang menerpa buaian perkataanmu. kupejam kan mata, rasa bergejolak untuk menahan segalanya sudah kutahan. ku gantikan dengan air mata. berkalikali namamu kuucap, ku tengadahkan tangan ini tanpa melihat. sajadah didepanku seakan menatapku. aku tertunduk kaku. Tuan, kusebut namamu lagi saat itu. ku ceritakan pada-Nya bahwa aku belum siap. lagi-lagi, bibirku bergetar, ku ceritakan padanya segalanya tentangmu. hingga air mata ini terus mengalir, pecah dan tak berhenti. keheningan malam saat itu seakan membuatku damai. aku harus damai dalam kesendirian. disela-sela doa itu, ku berdoa, menyebut namamu kembali dan terdiam lagi. jangan ganti air mata ini untuknya, biarkan ia mengalir sederas-derasnya. sebab, air mata seorang yang ditinggalkan ini tak cocok digantikan dengan harapan-harapan untuk kebaikannya. Damai. untuk malam itu.
Sebait doaku selalu mengikhlaskan mu. mengurangi perlahan rasanya merindu. aku, menitipkan mu pada Tuhan. aku berharap kelak kita dipertemukan dengan segala kebaikan. entah akhir yang seperti apa. terdiam, aku menenangkan segenggam hati ini. air mataku,bulirbulir isi hatiku,bibirku,tanganku,kepalaku yang menunduk, berharap semuanya berjalan indah. hingga yang kau sebut ujung penantian itu tiba, entah siapa itu.
dariku, jauh ribuan kilometer jarak ini
seakan ingin memberitahu mu, aku tak akan bisa berhenti untuk mendoakanmu. aku pucat, tersenyum, menahan tetesan, karena harapan dan ceritaku untuk Allah. semoga tuhan malam itu mendengar beberapa harapan yang kubuat. Tuan, aku tak sedang menjahatimu. cerita ku pada-Nya adalah sebab aku menghadirkanmu untuk selalu ada di lindungan-Nya.
dari aku, yang sempat singgah dalam penantianmu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terlalu lama
Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...
-
Hai, kali ini berhenti buat prosa-prosa dulu ya. Aku mau berbagi ke kalian kalau sekarang aku juga nulis diwattpad:) Emang baru sih, aku la...
-
Halo teman-teman! Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya tentang jurusan dari universitas ini nih. Berhubung aku mahasiswa angk...
-
Kali ini emang out of topic banget sama yang biasanya aku bikin. Bukan tentang rangkaian kata, kali ini rangkaian cerita perjalanan ya...
No comments:
Post a Comment