Friday, June 19, 2020

Sudah

     Setiap manusia itu tumbuh--katamu, kalimat yang selalu aku abadikan dalam cerita kita, tentang langkah yang bukan sama dan tentang cerita yang lama mati namun terus dipaksa. Seberapa besar takdir yang mampu kita capai meski ada banyak yang harusnya kita abai?
     Aku memihak pada tuan yang selalu mengaminkan semoga, pada ucapan yang selalu membawa kehangatan, tanpa celah, aku menemukan tempat tertenang dari segala gaduhnya alam, aku beritahu satu hal pada alam, bahwa aku sungguh-sungguh--dan akan tetap berlabuh. Tuan membuatku luruh, menyimpan harapan semu menyeluruh, tidak tentang aku yang tertinggal jatuh--kemudian tuan melangkahkan kaki lebih jauh.
    Satu hal yang tetap menang ketika kita tidak bisa apa-apa, aku terpana--seketika, ada banyak hal yang tuan tidak pernah sadar bahwa segala bentuk yang nyata tidak pernah menjadi kisah yang serupa kita inginkan. Ada jeda, ada jarak, ada batasan yang harus kita menangkan untuk menjadi yang lebih baik dari segala harapan yang kita pikir baik.
    Kita tidak pernah pantas menjadi apa-apa, kan? Setelah purnama kala semesta memberi waktu yang tepat untuk kita menikmati lingkar cahaya di lautan awan, bukankah memang lebih jauh dan tidak pula harus mengeluh bahwa hidup sedemikian sulitnya untuk kita yang tak pernah satu arah?
    Aku kirim keinginanku berkali-kali, memohon semoga siapa kita akan bisa melangkah pada segala semoga, aku yang bukan siapa-siapa akan berada pada akhir dalam mimpi indah, yang tuan semai dalam-dalam akan menjadi jawaban terbaik yang tidak akan berakhir suram.
    Beberapa kali aku melakukan, kita memang tidak bisa. Aku bukan yang ada pada jalanmu, tuan bukan yang harus aku tempuh. Ketika kita memang bukan satu, banyak keterpaksaan yang tidak bisa memberi tuntunan. Terpaksa membuatku sakit, bukannya tuan tahu bahwa hal terbaik ialah sama-sama berakhir bahagia?
    Tuan, aku tidak pernah ingin sudah, tidak pernah pula ingin lepas. Satu tidak pernah berakhir selalu menyenangkan, dua menjadikan kita sebagai jalan yang seharusnya dan yang sebaiknya benar-benar terjadi. Sudah memang menyebalkan, selalu menyisakan kenangan yang tak kunjung hilang dalam ingatan.
    Terimakasih, terimakasih membuatku masih tetap hidup dan sanggup. Tuan tahu, bahwa sebenarnya segala doa akan tetap baik meski keadaannya tidak pernah peduli?
    

No comments:

Post a Comment

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...