Monday, June 22, 2020

Kamu bukan,

Kamu bukan tuhan, bukan pencipta segala omong kosong yang paling aku ingini, 
bukan tempat menyembah segala duka yang tidak pernah bisa berpaling dan lari. 
Bukan penyejuk dan penghibur pilu, bukan rumpang yang sengaja hilang supaya aku mencarimu kemana saja--menyaksikan kau bercahaya dengan segala bohong yang kau mainkan hingga aku jatuh dan kesepian.

Kamu bukan harapan,  bukan doa yang pantas aku sandingkan dengan keinginan yang menumpuk dalam kepala, bukan kabar bahagia dari sebuah pesan yang mampir untuk menyapa takdir, bukan ingin yang selalu aku paksa untuk sesuai dengan mimpi, bukan jawaban dari banyak ketidaktahuan yang serupa aku aminkan membawa kedamaian, bukan yang sebaiknya terjadi, bukan yang pada akhirnya usai karena segala pelabuhan tidak menemukan ruang singgahnya.

Kamu bukan keinginan yang paling tepat untuk aku ucapkan ribuan kali setiap kusapa semesta, 
Aku mencarimu ditengah-tengah asa yang aku kuatkan, 
menuai pada langit senja supaya kita adalah apa yang sebaiknya jadi,
Memohon pada jingga agar memihak pada jalan yang tidak pernah ada tujuan,
melirik desau angin yang semestinya mendengar--bahwa ribuan kali aku menyeka diri agar segala yang nyata adalah yang memang cocok dengan pinta.

Kamu bukan ruang yang harus kupenuhi dalam tiap pikiran, bukan pula hal yang menyuruhku untuk terkurung dalam jeratan yang berbahaya,
kamu bukan bersikeras yang jatuh pada segala hal, bukan pula yang perlu mencegah ketika lari adalah satu-satunya, ketika langkahku mengalah pada segala cerita, ketika segala semogaku meredam diam.

Kamu adalah rumah banyak orang, yang tidak akan pernah lagi; sekali lagi untuk aku kunjungi.

No comments:

Post a Comment

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...