Padamu,yang menjadi primadona segala pemilik perasaan.
Padamu,yang selalu memiliki kesempatan menggapai para
pemilik rasa cinta.
Padamu, yang selalu bisa menyangkutpautkan perasaan dengan
orang yang selalu kamu sebut disetiap hamparan rasa yang berderet kokoh.
Padamu, yang selalu memiliki pujangga terindah tanpa perlu
mengelilingi dunia demi menemukannya.
Padamu, yang terlihat jelas mudah menggapai perasaan tanpa
perlu sepengetahuannya.
Padamu, yang berada dihamparan luasnya semak-semak hijau nan
bunga-bunga yang merekah.
Padamu, yang manakala hati terisak, sungguh manis, masih ada
yang memahami tanpa harus berderai dengan deras.
Padamu, yang selalu menjadi pembicaraan setiap bibir dengan
segala nuansa istimewa yang kamu miliki.
Padamu, yang tanpa berharap sang penyejuk gundah dihatimu,
akan ber-elok dengan lancar didepan jembatan hatimu.
Padamu, yang diyakinkan setiap penggemar bahwa sosokmu jauh
dari pemikiran yang sesat.
Andai kamu tau wahai pengelabuh hatiku..
Ada secuil titik didih membara. Ada secuil titik gelisah. Ada
secuil rasa yang mengumbar-ngumbar bahwa ini takpantas. Ada sedikit gumpalan
sayatan yang kurasa. Sudalah. Ini memang hanya sebuah rasa. Pada perasaan yang
tak ditempatkan. Rasa yang hadir tak kala pengertian terkalahkan. Sepertinya aku
kembali menyelam diantara rasa kagum namun menyakitkan. Tertipu. Alangkah sakit
memendam rindu pun terbantahkan. Benar, ini lebih dari arum jeram yang menumpu
untuk padam didalam aliran deras yang memang ingin mendamaikan. Tak akan pernah
damai, wahai pengintai kasihku didalam Mimpiku.
Kamu tau satu hal? Puan, padamu kurangkai kata ini
sedemikian rupa. Berharap ada celah kosong agar sempat membaca ini. Berharap, andai saja
jiwamu bergetar, mengerti tanpa perlu kode dan segera datang dengan takzim-mu
padaku. Salam rinduku padamu, wahai penyemangat ku didalam Mimpiku. Salam jentikan
jemari ku, yang mengaismu untuk menyaksikan semua ini.
Kamu tau? Bukan tentang aku yang ingin beribu hati datang
kemari, tak kala mereka pergi dengan sisa kegundahan hati yang tak ku
mengerti.. bukan karena aku yang ingin mencari.. tak kala sungguh kekecewaan
yang kumilki.. bukan tentang aku, Puan. Bukan tentang aku yang menginginkan
berkelana mengarungi dunia penuh kebohongan ini. Bukan tentang aku yang
mengharap kelak kudapatkan seluruh harapan yang telah kujejer diatas tadi. Bukan
tentang aku yang selalu mengais-mengais kenyataan ini. Padamu, yang terlalu
tinggi untuk kumengerti. Padamu, yang terlalu rendah untuk mengertiku. Puan,
aku berharap pulih diantara harapan dan imajinasi yang telah terjadi. Alangkah elok
dunia, menyempatkanku mengurai jentikan isi hatiku padamu, disini.
No comments:
Post a Comment