Angan

Kerinduan muncul saat udara dingin kian menghadiri jejak jemari-jemari di kaca bening yang mulai menetes akibat uap-nya. iya, senja kini menjadi padam. kilatan dan rintikan menjadi satu. Hujan. Ini hujan. air menetes membawa beribu harapan. rindu. rindu ini muncul lagi. saat aku sedang berusaha mengabaikan dengan kecanggungan dihatiku. saat aku tak mencarinya, memang benar, aku tak bisa lupa. yang jauh disana, yang hadir didekap lamunan ini, akankah engkau tau? pun jika kau mengetahuinya, hanya terlontar kata "oh" saja, bukan? tak sudi berada dilingkunganku. karena aku, lagi-lagi hanya semburat palsu diantara bayanganmu. bersama kegelapan rasa dan cuaca, aku tau, memang aku selalu melukis kiasan yang tak akan padam sampai kapanpun. Aku untukmu.

Ada seribu pertanyaan yang hadir menyerangku. entah mengapa, hanya harapan yang menjawabnya. tak jelas, kelabu. lagilagi angin tak bersepoi, kini sungguh telah lebih dari itu. angin meneriaki ku. cuaca ini benar-benar menggantung. sama dengan perasaan-ku. 


Hati ini padam. kelak, aku ingin kamu menangis. bukan karena aku yang mengecewakan-mu, tapi karena tak ada lagi yang mengingatmu disetiap bait kehidupannya. tolong. tolong nyata-kan impian ini. sering sekali aku berpura-pura tak mengerti saat aku selalu menyembunyikan rasa yang ada. aku tak tau lagi wahai penghias kebahagiaan disetiap Mimpi-ku. aku selalu meraih senyum bahagia diantara hati yang terluka. Impian.

rasanya, rasa ini sudah ditempatkan ketempat yang telah ditetapkan. namun, hanya rasa-nya. mengapa? karena aku yang terlalu menghebohkan diri. melukis setiap detik lamunanku dengan kisahkisah tentang hidupmu. menggores setiap inci permukaan bahwa aku berharap kelak kamu akan tau. benarkah kamu akan mengerti rasanya rasaku? aku tak mengais memintamu mengerti. karena, kau tak perlu mengerti aku yang selalu berhalusinasi tentang kerinduan ini. aku tak berharap. kelak jika kamu harus tau, maka sungguh. lagi-lagi akan ada yang pergi dengan segala dendam dan kecanggungan hati.

Dingin. cuaca ini dingin. sedingin hatiku yang kacau menggelayuti memori kalbu. apa yang harusnya kamu tau? aku sudah membenahi diri ini. aku sudah bersikeras menyakinkan bahwa tak akan pernah terjadi. nyatanya? lagi-lagi, aku merenungi segala kejadian. melukis kebahagian didalam ketegaran. mempunyai mimpi; bahwa aku tak lebih dari sekedar puingan yang berantakan dihembus Hujan. harapan ini kembali menggelayutiku. maaf. maafkan aku yang selalu berharap lebih disetiap kejadian. yang selalu berharap ada "pelangi" disetiap hujan. yang selalu berharap, semua ini bukan "Angan."

Aku. aku selalu melamuni diri ini. kepekaan yang tak pasti, sangat sering kudapat. perlukah aku mengiaskan nya (lagi)? perlukah menyakinkan diri bahwa ini sekedar permulaan yang akan berjalan lurus kembali? salah. aku salah. karena bagaimanapun, hanya aku yang selalu disalahkan. diterkam, lalu diacuhkan. sempurna. satu lagi. rasanya, semua sudah kutetapkan didalam pikiran. mengepung, segalanya mengelabui perasaanku. mengotori memori-ku yang selalu mengingat semua tentang-mu.

Jenuh? itukah yang terucap? mimpi? adakah itu yang harus terulang? saat halusinasi yang menjadi nomor satu. saat bayangan indah menjadi yang terbaik, dan saat kenyataan melumpuhkan segalanya, termasuk; aku. maaf. air mataku pecah. menjadi satu dengan ketegaran diantara rintikan dan kilatan badai sang alam. maaf. aku salah. yang meninggikan cerita fiktif diantara kenyataan. aku selalu meninggikan perasaan. kamu selalu mengajariku melihat kenyataan. kamu selalu menuntunku melihat yang sesungguhnya. meski bukan dengan perkataanmu,meski dengan pembicaraan yang semu, melewati hati. hati yang mati karena kebisuan. hati yang mulai merintih karena tak ada kepedulian. hati yang berbicara tanpa kata. aku tau. aku hanya perlu tau. bahwa; "ada yang memang tak pantas untukmu."
Aku.