Disini.. aku seperti tau akan hal yang harus kuhadapi. meratapi jemari sambil menunduk kaku. ada hal yang membuatku kikuk. ada sesuatu yang membuatku rapuh seketika. seperti tau kejadian yang akan terjadi dikemudian hari. tanpa perlu menebak, aku tau. semuanya seakan sudah tersimpan dimemori. semuanya akan kembali. aku percaya itu. tak perlu berjanji. tak perlu meyakinkan diri. semuanya akan berjalan. berjalan indah disisa kehidupanku yang beku. yang gersang akibat sesuatu. dikehidupanku yang akan bertemu dengan rasa itu.. dan disini.. aku tau. tanpa perlu aku cari tau. kau tak perlu. kau tak perlu memintaku untuk mengerti. sama saja. sama saja kau ingin menyakiti. waktuku tak banyak lagi.. perbuatanmu seakan menyisakan saksi batin yang menyakitkan. perbuatanmu seakan ingin berpaling dari sesuatu yang indah. perbuatanmu,tingkah lakumu,semuanya.. menjadi satu. menjadi bagian dalam kehidupanku yang selalu kau permainkan.
Ini hidupku.. ini permainanku.. ini sebuah tokoh yang diperankan oleh aku.. ini adalah orang yang mengerti arti hidupku.. ini aku. hanya aku yang selalu luput dalam kesedihan. aku yang selalu risih saat kau ganggu. aku yang selalu membenci perbuatanmu yang menganggap aku tak ada. ini aku.. ada kalanya kau harus tau. tak semua orang berhak kau padu dengan segala keinginanmu. tak perlu kau sembunyikan sebuah rahasia. karena aku sebenarnya tau. aku tau mengapa kau selalu menuaikan luka dihati ini.. dan seharusnya kau tau, karena aku hanya bisa diam dan membisu.
sebuah hati telah masuk ke sebuah jurang. kedalam permainan yang menyenangkan. kedalam permainanmu yang memberi arti bahwa hanya aku yang harus berkali-kali tersakiti. aku telah masuk kedalam jebakanmu. jebakanmu yang memberi arti bahwa aku hanya bisa menekuk wajah ini dan tak bisa lari. rintangan itu sungguh indah. tak punya arti namun merekah jadi sayatan. rintangan itu sungguh menawan. mengelabui hati yang hanya bisa terdiam. kamu lulus. lulus masuk kedalam rintangan itu. rintangan yang mempermainkan hatiku yang rapuh. menggerutu?pantaskah aku berkata itu? membenci? lantas aku pergi? inikah yang harus kuhadapi? saat aku benar-benar berada dititik yang paling rendah. disaat aku benar-benar mati. saat aku benar-benar luka hati. sedemikian itukah yang kau mau? perkatanmu palsu. sama saja dengan semua yang ada didekatku.
entah mengapa selalu ada yang menyakiti. aku benar-benar tak tahan lagi. saat sikap itu mendekati tanpa kepastian. saat semuanya kembali lagi dengan permulaan. tak jelas. justru menjadi benci. justru menjadi penyakit yang tersimpan disini. saat kau memulai sebuah pertemuan, lantas pergi dengan seseorang. tak perlu kau tunjukkan sebuah peristiwa yang ingin menyakitiku. karena aku terlalu peka untuk melupakanmu. walaupun diam-diam. walaupun hatiku masih menderu dan ingin berteriak. meskipun kau sempat menjadikan aku tempat pertemuan. meski aku hanya menjadi bonekamu yang cocok untuk dimainkan. meski aku tak kuat untuk terus menjadikan diri ini menjadi sosok bayang-bayang. meski aku hanya jadi persinggahan. meski hanya aku yang selalu dihempaskan tiba-tiba. aku harus mengerti. air mata tak selamanya ditangisi. air mata tak harus menjadi saksi. air mata harus tau bahwa hati ini selalu tegar. diam-diam menangis. sebodoh apakah diri ini. selalu bertahan dalam perbuatan keji. selalu tegar meski hati mulai menepi. dan pergi dnegan sepotong hati baru..
aku telah bersembunyi di sebuah nadi. aku telah tegar dikeadaan ini. dengan puing-puing yang berantakan. dengan segala kecemasan dan kekecewaan. lagi-lagi. inikah yang harus kuhadapi? mengapa kau selalu saja berada disampingku? tak perlu kau tunjukkan tawa yang menyakiti itu. tak perlu kau tunjukkan semuanya dengan kebahagiaan. tak perlu. jikalau kau guncang lagi hidup ini. perlukah aku kembali lagi seperti dulu? perlukah aku kembali mengenang rindu itu? rasa yang menerka-nerka. rasa yang mengubah batin ini. perasaan kecewa. ambisi untuk melawan. karena aku memang tak sebodoh itu. karena aku telah mengerti. bahwa kau selalu ingin menyakiti. bahwa kau memilih aku diantara ribuan manusia. meski kini aku mati. percayalah. aku kembali sadar. aku tau. sekelam apapun jiwa ini. seduka apapun. aku disini tak seperti yang lainnya. karena aku hanya seuntai angin dikala butiran debu bertebaran. aku hanya perlu menebarkan-nya. aku hanya perlu menjadikannya kekuatan. tanpa perlu tau, apa yang dirasakan oleh sang debu. berdiri kembali tak akan sekokoh itu... wahai sang malaikat hatiku:'))
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terlalu lama
Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...
-
Hai, kali ini berhenti buat prosa-prosa dulu ya. Aku mau berbagi ke kalian kalau sekarang aku juga nulis diwattpad:) Emang baru sih, aku la...
-
Halo teman-teman! Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya tentang jurusan dari universitas ini nih. Berhubung aku mahasiswa angk...
-
Kali ini emang out of topic banget sama yang biasanya aku bikin. Bukan tentang rangkaian kata, kali ini rangkaian cerita perjalanan ya...
No comments:
Post a Comment