Thursday, November 20, 2014

Seharusnya..

Masih disini. masih tentang hati yang tetap bertahan berada diantara keguncangan dan kebingungan. masih disini. masih tentang perasaan yang mulai lumpuh, yang menipu, perasaan yang membuat terpaku walau sekejap. perasaan yang muncul, dan hanya ketegaan yang tercapai. perasaan yang muncul, namun hanya respon negatif dan pergi. lalu mendekat lagi. terlihat bodoh.

Rasanya baru kemarin semuanya hadir. membuat sepotong hati kini kian menawan. lebih indah dari sebuah puisi lautan yang dibacakan setiap malam. lebih indah dari bunyi nada-nada klasik gitar yang selalu terdengar. rasanya baru kemarin. ada hal yang membuat tau, bahwa semuanya hanya sebatas kesempatan. hanya senda gurau dengan menahan tawa yang membunuh nadi ini setiap detiknya. hanya sebatas keterbukaan yang diam-diam menyudutkan sebuah hati dengan rasa cemooh yang tak karuan. tega sekali. menipu dalam diam. dikira seseorang tak mengerti? bukan itu caranya mendorong kita. jika dalam diam bisa, mengapa kau tak ada dalam kesibukan dan keseharian kita? mengapa kamu hanya berpura-pura jika akhirnya kau tunjukkan semuanya dengan perbuatan? ingin memojokkan ku dan pergi lagi? bukan. bukan seperti itu. jikalau dunia tau, apakah dunia masih mengizinkanmu menempatinya? kau hadir lalu membuangnya. begitu saja. seperti sampah. padahal kau tak tau arti sampah.



Kau tak perlu hadir jika dirimu akan kembali bersamanya. meskipun dari awal sudah tertebak, hati ini hanya bisa bersabar dan berharap kau tak mengerti. kau tak akan mengulang sederet kisah yang memasukkan aku hanya sebagai tokoh figuran. karena peran aku untukmu, sudah lebih dari kata itu. sudah lebih dari figuran. namun, mengapa kau tak pernah menjadikan aku tokoh yang sering terlihat dalam cerita? terlalu bodoh. mengapa aku masih berada disini dengan perasaan yang kacau di hati yang tak mau tau itu?

Dari awal, seharusnya menutup. jikalau aku bukan harus menjadi itu, tak pantaskah aku menghapus kepercayaan bahwa aku memang tak pantas? takpantaskah aku jika aku masih berada disini dengan diri yang masih seperti ini? tak perlu kau datang. tak perlu mendekat. karena semua hanya ingin mengambil alih hati ini untuk pembuktian bahwa seseorang memilihmu. tak perlu mendekat. karena perasaan yang telah kukikis ini menjadi bukti bahwa bukan hanya sekedar ucapan yang terlintas, namun hati dan senyum palsunya yang menunjukkan kecemburuan diantara sayup-sayup angin yang menepis dirimu. sudah sewajarnya kau pergi, bukan mendekat dengan bukti-bukti palsu dan hati yang tak tulus. sudah telalu lama.

Sudah sering sekali rasanya menepi dan memojokkan perasaan agar tak kembali lagi. di khianati dan dicaci. mendekat dan pergi dengan cemoohan yang membara. mendekat dengan segala sikap baiknya lalu pergi dan tak kembali. namun, aku hanya bisa diam dan netral. padahal, pantaskah aku diam dan tak merespon-nya? sulit sekali.. seperti terangkat lalu dijatuhkan. seperti segala yang utuh menjadi kepingan-kepingan. jahat. tapi bagaimana lagi? apa aku yang bodoh untuk tetap bertahan?  segalanya harus berakir. masih disini. dengan hati yang berbeda. iya, seharusnya..

No comments:

Post a Comment

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...