Ada saatnya air mata terus mengalir disini. Terus membahasi
lemperan hati yang telah berkeping. Tidak menyisakan apa-apa. Hanya luka dalam
di pertengahan hati. Terus tergenang di sebuah genangan. Menyisakan sebait luka
tajam. Menyayat tanpa pernah mengerti. Harus sampai kapan aku pahami? Tidak ada
yang bisa menerkanya. Tidak ada yang bisa tau perasaannya. Hanya terlihat
senyum kaku di wajah itu.. aku sudah kenyang. Lelah meminum air yang tumpah
begitu saja. Terasa sakit. Bercucuran membabi buta. Oke, aku diam. Tiba-tiba,
buliran itu menjadi deras. Seketika terpikir olehku deru rasa yang tersakiti.
Itu aku, dan lagilagi aku terbangun dari sebuah mimpi buruk. Nyatanya tidak ada
yang tau. Lelah sekali menitikkannya. Tanpa dirasa ia telah ada. Tanpa diterka
ia tau, bahwa ia diperlukan. Dan aku berfikir, ini kah namanya hidup? Bertemu
dengan buliran di pelupuk mata. Ini yang namanya kesejukan? Bertemu dengan
segores luka tajam berupa duri perkataan. Mata ini benar padam. Sama dengan
hatinya yang kelam. Dan pada saat itu.. purnama yang menjadi saksi.
Wednesday, April 9, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terlalu lama
Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...
-
Hai, kali ini berhenti buat prosa-prosa dulu ya. Aku mau berbagi ke kalian kalau sekarang aku juga nulis diwattpad:) Emang baru sih, aku la...
-
Halo teman-teman! Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya tentang jurusan dari universitas ini nih. Berhubung aku mahasiswa angk...
-
Kali ini emang out of topic banget sama yang biasanya aku bikin. Bukan tentang rangkaian kata, kali ini rangkaian cerita perjalanan ya...
No comments:
Post a Comment