Thursday, June 9, 2022

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh.

Bagaimana kabarmu?

Aku melihatnya lebur, mungkin telah membaur dengan sayup-sayup kenangan bahagia yang sekarang tiada rupanya. Kalau aku boleh bertanya, atau membersamaimu sekali saja--aku ingin mengucapkan terimakasih karena sudah berkenan menghabiskan waktu bersama denganku. Ada juga kata maaf dan senyum yang tak bisa kusimpulkan apa maksudnya, karena kamu tahu bahwa setelahnya aku harus kembali memaksa bibir untuk menarik simpul kebahagiaan, yang aku tak tahu bagaimana memulainya.

Bahagia yang kau tahu, tak akan pernah sama setelahnya.

Aku telah kehilangan sedikit rasa peka dan ekspresif dari segala kekhawatiranku. Kupikir aku akan tersenyum, selepas aku kehilangan seseorang sekali lagi. Tidak tahu rasanya dan bagaimana keadaannya, ini terlalu sakit untuk diteruskan dan diingat, karena ingatan membawa memori, sedangkan memori tidak bisa kembali. Dan kau tahu, yang selalu aku doakan adalah bagaimana kita bisa kembali.

Dengan ini, setelah aku kehilangan, ada rasa yang juga ikut hilang ditelan angan. Raga dan segala peluh lukaku yang tak bisa aku perbaiki dan kususun bongkahannya. Maka berdoalah, berdoa agar kepergianmu bisa membawaku hidup damai, dan tidak pernah berantakan.

Aku mohon satu hal, bawa bahagiamu dan simpan erat-erat. Biar kukulum segala pilu yang tak seharusnya menjadi bebanmu. Akan kuhidupkan rasa bahagiaku didalam ambang sendu. Tak tahu caranya, tak tahu memulainya, maka aku akan memulainya dengan mengikhlaskanmu.

Bukankah ikhlas tidak pernah menertawakanku?

Saturday, December 11, 2021

Pernah

 Aku pernah meramu bahagia dengan amat sangat, menertawai kenyataan yang tak pernah kupikirkan dikemudian hari nanti bahwa aku akan singgah pada fakta kehilangan.

Lagi-lagi, aku terlalu menikmati pertemuan. Tidak takut untuk kehilangan, tidak pernah berpikir kalua suatu hari nanti akan ada rasa sakit yang melebihi batas, yang bahkan tak pernah aku pikir bagaimana, yang akupun tak pernah bisa menceritakannya dan melukisnya didalam kepala.

Aku menikmati tiap waktu dengannya; tanpa sendu yang pilu yang menjamu untuk merusak keadaan. Tak pernah berpikir sejauh tentang bagaimana aku akan lemah selemah-selemahnya, melebihi rasa sakit yang aku tangisi setiap malam, melebihi beban yang aku legakan dengan menarik nafas Panjang.

Aku lupa, kalau tidak pernah ada yang menetap, tetap tanpa kerap kali kehilangan.

Mengikhlaskan waktu, mengikhlaskan yang sudah berlalu.

Aku mati—bukan nadi, tapi harap hidup seseorang.

Saturday, September 11, 2021

Something reason

"Falling in love with you bothers me, Kay. But I like, I like to be 
wanted by someone like you."

"Why?"

"Because you're so sweet"

"Your ex, your best friend, even your older sister are sweet."

"So what?"

"When you say I'm sweet, you mean there are a lot of cute girls in 
this world. Look next to you, she's sweet too."

"Unfortunately, I don't have a crush on older woman."

They laugh together.

"There are a lot of sweet humans, and you're sweetest."

"Not really."

"Because only in my eyes, and only to be seen by me."

Monday, July 26, 2021

Sudah

Sudah,

Tuhan sudah memberi jeda panjang untuk sebuah pertemuan. Kebersamaan yang pernah tinggal dan sudah lama tidak lagi menjadi kesempatan manis untuk aku jalani kembali. Kehilangan lagi-lagi menyisakan tangis terdalam yang menjadi alasan kuat mengingat masa kelam. Kehilangan bahkan belum pernah aku persiapkan, pun sedetik berkelana tanpa pulang tidak pernah menjadi alasan kabur dari sebuah kebersamaan.

Maka ada rindu yang tidak bisa aku ceritakan sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya. Ada kesedihan yang lebih daripada kekhawatiran dan kekecewaan. Duka yang beriringan dengan harapan yang sudah patah. Bahkan, dalam sebuah temu pun sudah tidak lagi menjadi cerita yang selesai--karena perpisahan yang sekarang jauh lebih usai, bahkan yang belum pernah aku persiapkan untuk mulai.

Yang menguatkanku; tidak lagi pernah ada kembali. Maka padanya, aku katakan bahwa aku benar-benar mencintainya; dan lebih daripada cinta.

Sunday, April 4, 2021

Sudah

     Kutemui ia ketika menautkan luka pada perasaannya yang tak pernah sudah. Tak pernah mengatakan apa-apa, namun ekspresi yang tak biasa membuatku jatuh pada cerita kelamnya. Ucap yang tak pernah ia susun pura-pura membuatku nyaman. Kenyamanan yang sudah lama hilang pada seseorang, dan padanya; membuatku jatuh kembali tanpa alasan.

     Perbedaan yang selama ini aku cari pada akhirnya hinggap pada seseorang yang dingin. Tidak menemukan alasan lain mengapa jatuh padanya sama dengan memberi ruang nafas paling tenang. Tak membuatku khawatir hanya karena kecewa atas kekurangan yang aku miliki. Tak membuatku panik tentang segala pikiran yang menjadi beban dalam kegelisahan. Tak menyudutkan cerita terburuk dari apa yang aku lakukan. Hanya menjadi alasan ketika tidak pernah lagi kumiliki tameng yang kuat untuk masa depan.

Yang membuatku jatuh hanya karena kebaikan seseorang. 

Yang membuatku hidup hanya karena aku berhak hidup. 

Yang membuatku jatuh cinta pada apa yang aku miliki.

     Namun satu cerita yang menjadi kekhwatiran. Harus aku khawatikan sekali lagi, semuanya akan punah dan sudah. Selesai tanpa akhir. Karena memang tidak lagi ada cara untuk memaksa takdir menyimpan perasaan pada seseorang yang tidak pernah menaruhnya. Perasaan yang lekas usai hanya karena tidak terbalas dan terlupakan begitu saja.

Tuesday, March 2, 2021

Apapun yang dipaksa.

     Dia menenggelamkanku pada jurang kebahagiaan yang tidak pernah lelah mengejar--dan menunggu waktu terbaik untuk jatuh pada pelukan yang aku pikir salah. Kemudian, menjadi petir dan merenggut rasa berani yang kupikir ia memang tidak baik-baik saja. Ditemani rasa ketakutan yang kulahap habis-habisan karena kegelapan dan kekacauan sudah tumpah diujung rasa penantian. 

     Maka, melihat bola matanya sama saja menjadi kekacauan paling menyeramkan keadaannya. Lebih daripada ketakutan karena ia menungguku erat-erat. Dan kubiarkan aku bersandar sementara, meski tempat yang curam dan langit abu-abu sudah menang dalam membius rasa ketakutanku.

Ia mengkhawatirkan aku tak sampai, tanpa pernah khawatir bahwa aku berpikir jatuh tidak masalah kecuali pada tempat yang salah.

     Dia menjadi nyali sekaligus rasa tak biasa yang selalu ada dalam perasaanku. Berkokoh menjadi korban paling perhatian tanpa pernah berniat mematahkan. Mengurung perasaan lengangku dan menghindar dari rasa kesepian yang aku ciptakan. Selayaknya ia benar-benar menjadi jurang yang tak berbahaya karena berjanji jatuh padanya tidak akan pernah ada luka.

     Dia menyelematkan perasaannya, memperoleh bahagianya, menghasilkan angan yang tidak pernah lelah mengejar target mendapatkan mimpi yang ia inginkan. Dia mendapatiku bahwa tak pernah ada penyesalan ketika harus sekali lagi memulai awal bagaimana berjuang untuk menjadi kuat diantara banyak pilihan dan keadaan.

     Aku memberikan perasaan teraman dan ternyaman pada seseorang yang tak pernah sekalipun berkelana mahir dikepalaku sendiri bahwa kebahagiaan yang ia ingini tidak pernah menang dalam menangkis kesedihanku sepenuhnya.

Pura-pura dipaksa, pura-pura tidak papa. 

Dan aku mati untuk itu.


Wednesday, January 20, 2021

Kehilangan

     Kehilangan mengajarimu kokoh berdiri tanpa mengeluh karena tertinggal sendiri; membiarkanmu menjadi rumit dan berantakan karena sesuatu yang tak lagi bertemu sapa--atau yang terbiasa mengulur tangannya dan menyapu penat dengan menjadikan seseorang menjadi ruang pulang ternyaman--sudah menjadi beda yang  mahirnya menelantarkan seseorang.

     Kehilangan mencari akal-akalan untuk membuatmu hinggap pada jurang paling luka; menyesatkan yang sudah sesat karena terlalu menang menjadi antagonis yang paling mudah lupa, sengaja menghilangkan hal-hal bahagia yang senangnya luar biasa. Mengaduk dan merayu menjadi tumpah pada akhirnya yang sia-sia, menciptakan tumbang yang tak pernah mudah untuk berdiri seperti semula.

     Kehilangan pada akhirnya menuntunmu untuk tak lagi terbiasa; yang awalnya menjadi nyaman karena tak perlu mencari ruang cerita, tak perlu khawatir akan siapa yang harus hadir untuk menopang beban terberat, tak takut atas hidup yang lebih banyak bercanda, dan tak pernah terpikir bahwa hidup akan menjadi khawatir di kemudian hari.

    Kehilangan menjadi rumahmu yang tak utuh. Kerap setiap kali mengingat apa yang sulit sekali dilupa, atau mencoba siaga kali ingatan datang tiba-tiba, tak akan pernah mudah menjadi ruang berharga dan tempat ternyaman. Sesekali kali kita beranjak berdiri dan menjadi utuh, yang pernah rapuh tak selamanya cepat sembuh.

     Karena kehilangan menjadi suasana paling ricuh meski pada akhirnya ia benar-benar telah selesai.

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...