Kehilangan mengajarimu kokoh berdiri tanpa mengeluh karena tertinggal sendiri; membiarkanmu menjadi rumit dan berantakan karena sesuatu yang tak lagi bertemu sapa--atau yang terbiasa mengulur tangannya dan menyapu penat dengan menjadikan seseorang menjadi ruang pulang ternyaman--sudah menjadi beda yang mahirnya menelantarkan seseorang.
Kehilangan mencari akal-akalan untuk membuatmu hinggap pada jurang paling luka; menyesatkan yang sudah sesat karena terlalu menang menjadi antagonis yang paling mudah lupa, sengaja menghilangkan hal-hal bahagia yang senangnya luar biasa. Mengaduk dan merayu menjadi tumpah pada akhirnya yang sia-sia, menciptakan tumbang yang tak pernah mudah untuk berdiri seperti semula.
Kehilangan pada akhirnya menuntunmu untuk tak lagi terbiasa; yang awalnya menjadi nyaman karena tak perlu mencari ruang cerita, tak perlu khawatir akan siapa yang harus hadir untuk menopang beban terberat, tak takut atas hidup yang lebih banyak bercanda, dan tak pernah terpikir bahwa hidup akan menjadi khawatir di kemudian hari.
Kehilangan menjadi rumahmu yang tak utuh. Kerap setiap kali mengingat apa yang sulit sekali dilupa, atau mencoba siaga kali ingatan datang tiba-tiba, tak akan pernah mudah menjadi ruang berharga dan tempat ternyaman. Sesekali kali kita beranjak berdiri dan menjadi utuh, yang pernah rapuh tak selamanya cepat sembuh.
Karena kehilangan menjadi suasana paling ricuh meski pada akhirnya ia benar-benar telah selesai.
No comments:
Post a Comment