Perempuan itu memutuskan mengayun kakinya untuk menepi pada sebuah ruang bebas sebagai rumah pelarian. Tempat ia kecewa dan menyimpan duka yang diam-diam ikut memperhatikan setiap langkah kaki yang ia tuju. Kemudian berhenti ketika sampai, menggapai setiap sendu yang meramu diwajah lesu yang tak lagi peduli sama kegelisahannya, berdiam menetap lama menenangkan perasaan yang berantakan, kemudian mengatakan pada dirinya, kuat bukan berarti harus sampai secepatnya.
Rumah pelarian itu memberi keleluasaan untuk membaur dengan pilu yang tak lagi sama. Dia menjadi sebuah cerita paling berharga, menjadi ruang sendu yang seluruhnya bertabur dan membawa ketenangan paling hangat. Tempat dimana bebas menyanyikan ribuan kegelisahan secara luas dibawah langit semesta yang selalu menjadi rahasia paling besar--serta jawaban yang mati-matian menjadi penunjuk kegelisahan selama ini. Putus asa tak lagi membuatnya menahan sakit; dan rindu pada nyaman merangkul erat-erat.
Perempuan itu tak lagi berpura-pura mahir sebagai bentuk menerimanya pada takdir. Rumah pelariannya membawa pada kesempatan menerima yang ia cemburui. Matanya yang meraut keheningan tak lagi mati pada yang terlihat. Tubuhnya tak lagi menyeka beban yang terangkul erat. Marahnya tak lagi menertawakan gelisah yang setiap hari betah bertahan. Rumah pelariannya menjadi ruang singgah yang tak pernah akan ia kasih ke siapapun yang tiba.
Maka, rumah pelariannya selalu mati-matian ia tutupi segelap mungkin. Disudut hatinya, disinggahsana setelah ia menemukan pulang, maka ia sampai pada tujuan yang akan dapat memberi jawabannya. Disana, ia menemukan arah kegelisahan yang mati-matian memburunya setiap saat. Dibeban perasaannya, tak lagi perlu sampai pada rapuh yang mengalahkan dirinya.
Rumah pelarian yang sudah lama ia sembunyikan diam-diam, menjadi ruang temu paling berharga untuk abadinya. Jika rupa adalah bentuk yang terkasat dan setia menjadi terbaik, tidak padanya. Rumah pelariannya selalu jauh lebih membuatnya bebas tanpa pernah belajar cara melupakan manusia pada masanya.
No comments:
Post a Comment