Monday, October 22, 2018

Selamat datang!

Selamat datang diduniaku, silahkan masuk pada segala yang orang tidak paham.**

Kemudian ia memojok diantara sudut dinding-dinding kokoh, duduk mencari celah nyaman, melupakan setiap kisah yang masih membelenggu hari-hari panjang. Tarikan nafas itu masih saja terdengar ricuh; seperti untaian hatinya yang tak pernah tenang.
"Ada apa denganmu?" Berdialog dengan kata hatinya, serupa memenjarakan alibi terhadap satu sosok dihadapannya. Tidak, dia sendirian, bersama rupa-rupa bayangan yang menjelma orang penting tapi ternyata hatinya sendiri.

Tarikan nafas itu panjang, diajaknya hati mengulang-ngulang ingatan untuk melepaskan jenuh dan rasa kalapnya terhadap hari-hari yang membosankan. Kemudian ia menggelengkan kepala, tidak banyak bercerita pada kata hatinya sendirian, membiarkan paksa untuk terus ditebak namun selalu mengelak dan enggan menyeruak.

Ya, tepat setelah tanda tanya begitu besar dengan berdiri sendirian tanpa ada setubuh orang lain pun diantaranya, baiklah. Hari ini ia harus banyak-banyak belajar menjadi seseorang yang sama. Menjadi sederet manusia yang kadang suka kalap terhadap perbuatannya, atau merubah dirinya seperti menyenangkan; hidup untuk tertawa-hidup untuk bersenang-hidup untuk memamerkan segala yang ia tahu-atau hidup untuk mendengkur.

Wednesday, October 10, 2018

"Aku memang tak seperti dia! Bahkan jauh, jauh lebih buruk!"

"Aku memang tak seperti dia! Bahkan jauh, jauh lebih buruk!"

Aku mulai paham ketika dunia merubah rencana, bagaimana semua terbentuk dengan proses panjang, lika-liku yang tak hentinya menemukan muara, hingga ternyata; setengah perjalanan telah aku temukan takdirnya. Ialah yang sekarang, bahwa Tuhan sungguh amat memilih yang terbaik; meski mungkin aku harus banyak belajar melupakan espektasi-espektasi lama tentang mimpi yang tak lagi menarik.

Ya, aku paham betul bagaimana merelakan ingin, menjalani yang ada, tumbuh dengan paksa rasa kesenangan. Ada satu waktu yang tak pernah aku gubris pada-Nya, ialah rasa syukur, dan harusnya keberuntungan itu adalah yang aku senangi dan tak pernah aku proses dengan buruk.

Tentang sebuah proses, baiklah, ada beberapa cerita yang ingin kurangkai, tanpa mengkaitkan orang ketiga, tanpa perlu merasa waspada. Tidak, tidak ada yang aku pakai disini untuk mempahitkan orang lain. Tak akan ada yang harusnya tersakiti; karena aku tidak menghidupkan siapa-siapa dalam cerita ini.

Kamu tahu Bill Gates?
Seseorang yang sukses bahkan namanya tengah melambung dimana-mana, tapi, ada sesuatu yang berbeda. Bahkan segala tugas-tugas akademis perkuliahan amat berbahaya.  Ia menjalani hari-harinya melalui apa yang dia sukai; kutu buku misalnya. Hidupnya amat lebih baik seperti itu daripada harus menyesuaikan diri pada kerumunan orang-orang. Pada pertengahan perkuliahan, ia memilih drop out dari kampus terkenalnya. Mendirikan microsoft yang dulu belum booming dan menarik. Dan sekarang, software yang ia dirikan adalah yang semua orang butuhkan, tak pernah tidak.
Lihat, ia lebih memiliki tujuan hidupnya daripada sekedar menjunjung cara-cara buruk untuk mencapai keberhasilan. Ia telah melampaui teman-temannya karena pola pikirnya yang berbeda.

Wednesday, October 3, 2018

China dan Perspektifnya.

Saya membaca salah satu literatur di perpustakaan dan ini sungguh menarik, membuka pandangan dan pola pikir masyarakat penduduk kita terutama demi pembangunan pedesaan dan perekonomian pedesaan.
***

Sebuah pepatah Buddha berbunyi: "Lihatlah alam semesta melalui sebutir pasir."
Dari cerita tentang sebuah desa kecil yang tak begitu menonjol, seseorang mampu melihat aspek penting terhadap modernisasi cepat secara fundamental mengubah cara hidup umat manusia.---

Hungshan merupakan sebuah pertanian kolektif yang terdiri dari 845 keluarga, terletak 100 mil sebelah selatan Sanghai. Hingga tahun 1969, Hungshan merupakan daerah rawa yang mengandung garam, dihuni beberapa keluarga yang menggantungkan hidupnya dari mengeringkan air laut menjadi garam.
Pada tahun 1969, selama memuncaknya revolusi kebudayaan, dikeluarkan surat keputusan untuk mengubah rawa menjadi tanah garapan untuk menghasilkan bahan pangan. Dengan keberanian, dilakukanlah keputusan itu tanpa memikirkan biaya. Sekelompok pekerja digerakkan membangun tanggul, menggali saluran drainae, menanam kacang-kacangan yang subur didaerah payau, juga membangun saluran air. Dengan kerja keras, daerah rawa yang asin itu berubah menjadi lahan pertanian yang menghasilkan produktivitas beras tinggi.
Dari investasi modal dan tenaga kerja, timbul pertanian kolektif hungshan yang baru dengan ratusan rumah tangga miskin yang putus harapan. Salah satu alasan kemiskinan mereka adalah pemerintah menetapkan harga hasil pertanian rendah daripada harga barang industri sehingga mereka tidak sampai untuk mencukup kebutuhan sendiri. Produksi pertanian pun dilaksanakan oleh pekerja yang dibayar menurut jam kerja tanpa mempertimbangkan produktivitas perseorangan. Hasil akhir, pedesaan memiliki standar bawah dan sistem registrasi rumah tangga nasional mencatat banyaknya perpindahan desa ke kota.

Tahun 1978, kepemimpinan baru melancarkan gerakan Modernisasi. Angin baru bertiup di Hungshan 1980. Sekelompok pemimpin desa memutuskan bahwa sudah saatnya desa bergerak sendiri mengurangi kemiskinan dengan industrialisasi. Melihat kurangnya bahan bangunan dimana-mana, mereka memperoleh gagasan membuat pabrik semen. Dana kolektif yang amat kecil digunakan sebagai modal awal ditambah pinjaman kecil tanpa bunga oleh bank pemerintah.
Pabrik mulai beroperasi 1980 dan mencapai sukses keuangan luar biasa, pertanian awalnya itu mendapat keuntungan mendirikan pabrik-pabrik baru seperti tegel keramik, pemoles papan-tulis, pewarna pakaian, kotak televisi, dan suku cadang mesin. Hingga akhir 1984, telah didirikan 18 perusahaan.

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...