Sunday, August 24, 2014

Hujan dan kisahku..





Cuaca di kota ku sekarang benar2 mendung. Seperti api yang meleleh karena ada-nya air. Seperti buih-buih air panas yang padam karena dingin. Seperti segala yang ada – mati. ternyata. Matahari diam-diam menghilang.Entah karena hari semakin sore atau tuhan punya rencana lain. Bisa saja tuhan menurunkan hujan, rintikan-nya yang membahasi seseorang yang tak bersalah. Namun,di balik semuanya ada sebuah kebaikan. Entah apa itu,tapi dia yang lebih mengetahui.


Tik..tik..tik.. ternyata benar. sudah benar-benar hujan. Hujan turun tanpa arah tanpa batas dan tanpa perasaan. Namun. Entah mengapa aku selalu memojok dan mematung disudut sana. Entah karena berfikir sampai kapan akan berhenti, atau memikirkan hal lain. Entahlah.


Jangan berlarut dalam keheningan. Aku pun terenyak. Aku ingat itu. Semua berkata seperti itu. Dengan canggung aku mulai mengerti. Inikah yang namanya peringatan? Oh sungguh. Seperti hujan yang tak berperasaan. Aku benar-benar menjadi kiasan dari hujan. Aku tak berperasaan kah? Namun,mengapa tuhan menciptakan-ku seperti ia menciptakan hujan? 


Sudah. Aku tak kuat lagi. Air mata mulai menetes dari mata ini. Aku benar-benar merasa tak ada. Aku kosong. Tak ada seseorang disekitar sini. Aku tau mengapa. Karena aku emang menjauh tanpa alasan yang logika. Seperti hujan yang turun tanpa mengenal waktu.



Ah aku hanya ingin sendiri. Tapi. Apa yang ada dibenakku sebenarnya? Seperti hujan yang turun terjatuh dan mengalir. Butir-butir airnya yang turun menyendiri, seakan berbisik. Tetaplah melihat kebaikan. Tetap melihat kebaikan. Tapi semuanya terlambat..


Hei sadarlah. Hujan turun tanpa paksaan. Tanpa niat tanpa keinginan. Namun Allah yang berkehendak. Hujan mengalir dengan indah. Hujan tetap air,hanya namanya yang berubah. Hujan dapat menyenangi anak-anak. Meski sebahagian akan sakit. Hujan punya cerita sendiri. Mengapa ia turun sebenarnya.


Kita diciptakan tanpa keinginan. Allah yang berkehendak. Hidup kita mengalir. Mulai anak-anak,remaja hingga dewasa. Kita tetap kita, hanya pribadi keadaan yang berubah. Kita dapat menyenangi semua orang meski sebahagian tak merasakannya. Kita punya cerita sendiri. Seperti orang lain yang punya cerita sendiri. Seseorang berkata seperti itu, dulu..


Kau benar. Aku mulai berjalan dibawah langit yang mulai terang. Terang abu-abu dan orange yang benar2 menghiasi sunset. Suara gemuruh yang sedikit berkurang, rintikan dari atap yang menggema ke jalanan memberi kedamaian. Orang mulai berlalu-lalang. Dan karena hujan yang tanpa salah. Membuat aku berubah seperti sekarang. Dan karena hujan yang selalu disalahkan sebagian orang, membuat aku mengerti, pikirkan dua kali untuk sebahagian orang yang mengganggap kamu tak ada.:)

No comments:

Post a Comment

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...