Aku pernah diposisi itu, posisi paling sakit dan paling berat. Posisi ketika aku masih mencari jati diri, menyibukkan hari-hari dengan giat, menggali potensi, dan menolak perasaan.
Aku pernah diposisi itu, posisi yang membuatku pelan-pelan berharap. Posisi ketika aku pada akhirnya percaya dan yakin pada seseorang yang kerap kali aku usir dari hadapan. Posisi ketika aku menikmati hidup hanya untuk diriku, kemudian aku terbawa cara bermainnya untuk jatuh ke orang lain.
Tuan,
Aku pernah tersakiti. Rasanya, ruang-ruang tenang didada diusik tajam oleh tumpahan rasa sakit. Seperti dihujam bebatuan, namun kali ini tidak berdarah, ia hanya luka dan membekas lama;
Jangan tanyakan berapa lamanya, tidak akan pernah ada ukuran dan prediksi untuk sembuh.
Aku pernah dikhianati. Persis ketika rasa-rasanya aku sedang diboomerangi kenyataan. Aku tidak hanya membenci diriku, namun saat aku membenci segenap kumpulan orang-orang sekitarku. Mereka membuatku kalap dalam hari-hari panjang, dan ada yang dengan sebegitu teganya memberikan rasa sakit yang semakin dalam; semakin terluka. Lukaku itu tidak lagi terpaku pada orang-orang jahat, namun juga pada satu orang yang kupikir akan peduli, kemudian ia melukaiku lebih sakit.
Aku pernah ditinggalkan saat aku butuh penopang, lebih dekat untuk bercerita tentang nyata, lebih paham untuk bercerita tentang rasa. Kupikir, ketidaknyamananku akan direnggutnya lalu diubah menjadi tawa dan lupa akan kejadian yang membuatku renta. Ternyata tidak, aku tetap saja terluka. Aku sendirian dibawah kebisingan orang-orang. Lama, cukup lama bertahan.
Tuan,
Kalau dibilang direbut, aku benar merasa. Merasa kebahagiaan itu dipermainkan, kemudian diusai tuntas begitu saja. Aku tak nyaman dan tak kan pernah dengan mudah percaya. Kalau ada yang bilang kebahagiaanku sebagaimana mestinya berubah, memang benar adanya. Kalau ada yang bilang aku puitis, maaf, bukan karena siapa-siapa, Tuan, tapi ini dari hati yang tak pernah lelah belajar mengilangkan bekas sakit tak berupa.
Ohya, sampai kapanpun aku begini, menyuka imajinasi dalam setiap kata, bukan karena seseorang, lebih lagi; semoga bisa mengurangi bekas luka.
Kalau ada yang bilang kenapa aku berbeda, aku tidak tahu sebagaimana harus menjawabnya..
Tapi,
Tuan,
aku paham betul bahwa membenci rasa sakit sama saja dengan belum ikhlas. Dan untuk ikhlas aku butuh maju; butuh sandaran baru, butuh hidup yang semakin damai. Dengan-Nya tuan, aku kecil dan berusaha untuk tabah seperti sedia kala, seperti hari-hari menyakitkan tidak pernah ada.
aku paham betul bahwa ketika memori pun mengulang yang menyangkut pautkan banyak orang, kuyakin, bukan aku saja yang terluka dan tak nyaman, meski aku yang berperan, meski aku yang disudutkan, aku tetap banyak belajar tentang kehilangan kemudian kesabaran meski ini membuatku lemah.
aku paham betul bahwa ketika aku terusik akan tiap rentetan kejadian yang belum bisa kumusnahkan, perlahan-lahan aku layu terbawa angin suram, dunia mengutukku dan menyadariku bahwa aku buruk.
aku paham betul bagaimana aku diburuk-burukkan oleh kubu yang berbeda, kubu yang membenciku dan lebih berhak mendapatkan kebahagiaan, juga kubu yang membuatku lari dan terhempas begitu sakit hingga menelusup kedalam rongga tiap badan.
Aku pernah terluka sangat dalam, mungkin hingga saat ini, ketika aku dibedakan, atau ketika aku diusik dengan seseorang yang sebenarnya kukatakan ia begitu mengecewakan.
Tidak ada cerita tentang ini, Tuan.
aku tidak pernah mau cerita tentang bagian paling memilukan. Menyebut nama seseorang akan membuatnya tidak nyaman begitupun aku yang seakan tidak pernah lupa.
Padahal yang harusnya diketahui, bahwa melupakan tidak akan pernah mudah dan rasa sakit yang menjalar tidak akan pernah bisa disembuhkan walau waktu sudah enggan dan menjauh.
Bukankah, ketika kamu sakit hati, kamu tidak akan pernah bisa mengikhlaskan?
Ini kuncinya, Tuan.
Mau ada seribu orang baik pun yang mengelilingi, konsepnya adalah kamu yang harus tegar, kamu yang harus lebih banyak mencintai dirimu, kamu yang menghargai dirimu ketika memang beberapa macam manusia di dunia tidak mengharapkan kehadiranmu.
Mau sebahagia apa dan tercukupi sebagaimana mestinya, yang terpenting adalah kebahagiaan itu tetap menjalar untuk orang lain dan memberi ruang kebahagiaan juga dihati orang lain dan jangan ingat-ingat masa tersakiti, ingat saja tentang kamu yang mungkin sedang membahagiakan orang lain.
Mau dibenci dan tidak disukai orang lain, berjanjilah untuk tetap mencintai diri sendiri secara utuh dan tidak ikut-ikut menyakiti.
Begini, tabah dimulai dengan doa dan usaha, kemudian ikhlas akan menjawabnya.
Kalau ikhlas, rasa sakit itu melega, entah kapan, meski ikhlas itu sudah sedari awal tertanam di lubuk hati terdalam.
Tapi yang penting, Tuan.
Perempuan itu punya insekuritas tinggi,
semakin kamu mempermainkannya,
ia akan semakin memojokkan dirinya.
Kalau kamu tinggalkan dia begitu saja,
bukan hanya hatinya, rupanya juga sudah menyerah dan merasa tidak apa-apa.
Ia hancur berkeping-keping tanpa dibuat-buatnya,
lebih dari itu; ia tetap memaafkan dan menjalani hari-harinya,
tapi barang sedetik pun, takkan pernah ada lupa yang bisa mengubur memori buruk tentang seseorang yang dibencinya,
barangkali setelah ikhlas dan melupa; ia tetap punya bekas yang tak bisa dikikis habis dan hilang tanpa lega,
semua masih merajalela dan kembali kapanpun ia suka.
Memori itu tetap ada, ia tidak kemana-mana.
Tapi tetap, Tuan.
Ia tetap mematuhi amanah-Nya, ikhlas, ikhlas, dan ikhlas.
Sehingga semoga, rasa sakit nanti tidak lagi ada.
Semoga yang menggantikan akan lebih sempurna.
Ia hanya berdoa untuk ketenangannya, dan kemudian terbiasa agar tidak lebih sakit hati luar dan dalam dadanya.
Thursday, January 17, 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terlalu lama
Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...
-
Hai, kali ini berhenti buat prosa-prosa dulu ya. Aku mau berbagi ke kalian kalau sekarang aku juga nulis diwattpad:) Emang baru sih, aku la...
-
Halo teman-teman! Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya tentang jurusan dari universitas ini nih. Berhubung aku mahasiswa angk...
-
Kali ini emang out of topic banget sama yang biasanya aku bikin. Bukan tentang rangkaian kata, kali ini rangkaian cerita perjalanan ya...
No comments:
Post a Comment