Saya teringat tepat 9 bulan yang lalu, ada pengalaman menarik yang saya selami sebelum pernah mencobanya. Ada sebuah kenangan manis, yang menyadarkan saya bahwa dunia adalah tempat kita belajar menghargai hidup, memahami pentingnya segala keadaan, dan menyadarkan bahwa makhluk pribumi adalah sesuatu yang kecil yang memang bukan apa-apa. Justru banyak sekali pembelajaran yang dapat saya raih hanya dengan pengalaman "baru". Ketika saya mencoba memberanikan diri, untuk berada dititik tertinggi yang belum pernah dijangkau, ada sebuah kebahagiaan dan sekiranya ingin mengeluarkan buliran air mata, sebuah rasa senang dan kebahagiaan berpadu, menciptakan rasa syukur melebihi segala yang saya dapatkan.
Tepat dimalam 30 Desember 2016, saya menaiki sebuah mobil backpaker, mobil petualang yang menegangkan, Jeep namanya. Berada ditepi jurang terjal pukul 11 hingga pukul 2 malam hari, ditemani rasa kantuk yang mengganggu, serta udara dingin yang menghiasi keadaan hingga menembus angka 12 derajat, membuat segala jaket tebal serta sarung tangan yang tebal tak membuahkan hasil. Rasa pasrah berada dikeliling jurang untuk sampai disebuah gunung yang indah adalah penenang kegaduhan dalam dada. Segala rasa menyerah tetap kalah dengan rasa penasaran saya dan kecintaan saya terhadap alam Indonesia. Gunung adalah yang terindah dalam setiap kecintaan saya terhadap alam. Bagi saya, gunung adalah sebuah tempat baru, yang membuat saya semakin mencintai kehidupan tak kala saya menyerah dalam setiap urusan.
Saturday, September 30, 2017
Friday, September 22, 2017
Kejora
Entah embun memalsukan butiran air, atau mata yang enggan mendelik menemukan. Entah karena awan yang berbatas tabir hingga tak memunculkan hujan, atau laut pasang yang sedang enggan menaikkan uap. Entah karena semua ada batasan; atau karena aku yang menjaga keadaan.
Suatu hari dikala sinar menghujani terik panas habis-habisan, aku menyentuh bayang-bayang tanpa rabaan. Mataku tertuju pada satu pembuat onar, penyebab masalah-masalah yang muncul dalam setiap tenang dalam rasa. Setiap ia menatap bola mata hitam, gemuruh yang bersesakan mengitari ruang hampa. Entah karena hanya sebuah mata yang lihai melihat, tanpa ada rasa candu, membuatku ingin mencari pintu keluar dari sebuah pertemuan.
Suatu hari dikala sinar menghujani terik panas habis-habisan, aku menyentuh bayang-bayang tanpa rabaan. Mataku tertuju pada satu pembuat onar, penyebab masalah-masalah yang muncul dalam setiap tenang dalam rasa. Setiap ia menatap bola mata hitam, gemuruh yang bersesakan mengitari ruang hampa. Entah karena hanya sebuah mata yang lihai melihat, tanpa ada rasa candu, membuatku ingin mencari pintu keluar dari sebuah pertemuan.
Subscribe to:
Comments (Atom)
Terlalu lama
Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...
-
Hai, kali ini berhenti buat prosa-prosa dulu ya. Aku mau berbagi ke kalian kalau sekarang aku juga nulis diwattpad:) Emang baru sih, aku la...
-
Halo teman-teman! Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya tentang jurusan dari universitas ini nih. Berhubung aku mahasiswa angk...
-
Kali ini emang out of topic banget sama yang biasanya aku bikin. Bukan tentang rangkaian kata, kali ini rangkaian cerita perjalanan ya...