Wednesday, July 5, 2017

Halo Juli?

     Halo Juli.. Rangkul aku untuk dapat kembali menuai mimpi disela-sela fikir yang dulu selalu berada disamping aktivitas. Beri aku sedikit jawaban dari sebuah pengharapan. Jangan buat seluruh penatku semakin menumbuhkan hasrat, beri aku kesempatan menggelayut ingin yang dari dulu aku tanam dekap-dekap.

     Kepada Juli,
Jangan biarkan aku menyeret rasa sakit itu semakin dalam. Tolong.. Tolong beri aku harap dari sebuah ingin yang selalu memutar-mutar dipelataran kepala hingga ke dada. Tolong hadirkan nyata pada manusia biasa ini yang selalu menumbuhkan imajinasi bahagia. Sebuah definis bahagia, yang selalu terlarut dalam sebuah klise keadaan. Izinkan segalanya berubah. Keadaan berbaik hati menurut pada ucap dan hati yang selalu lemah.

     Pada Juli, air hujan semakin sering menaruh rinainya padamu.
Aku takut. Jika tetesan air hujan itu membawa duka-duka yang menyelimutiku. Deretan kesedihan yang menyimpan segala takdir yang ingin luput dari harapku. Maka, izinkan aku menyusup pada angin, memberi kabar pada tetesan itu bahwa jangan beri sulit yang semakin kembali. Biarkan aku menjadi sepoi dalam badai dingin dimusim hujan. Menelusuri derasnya air yang tertetes dari cakrawala, menyapa segala tetesan air dan membagi cerita tentang ingin yang tak kunjung terlintas.



     Kepada Juli,
Ajari aku tenang. Jangan buat keadaan yang semakin tertawa melihat manusia kecil ini kembali menyerah. Beri sedikit saja ruang, pada sebuah pengharapan yang selalu ingin menjadi tokoh utama dalam ceritaku. Jangan sungkan untuk membagi senang, karena inginku selalu paling besar daripada segala ceritamu.

     Pada Juli ditahun ini,
Bulanmu menjadi pengharapan yang paling besar. Padamu, aku menyimpan sendu pada ruang yang terpenuhi rasa senang.  Padamu, harapanku seperti menenang, meski aku masih menyimpan perihal kesempatan, tapi padamu selalu kuberi mohon yang memberi jawaban paham. Temani aku mendapat kebaikan, segala ingin ini menyapa, dan aku tak lagi canggung diantara bulan-bulan lainnya.

     Kepada Juli,
Temani aku menghirup sedikit kabar temaram. Sebuah jawaban yang memberiku sebuah pemahaman. Membuatku luluh, perlahan demi perlahan mampu menemui berbagai tanya yang belum kutau jawaban apa yang pantas terlintas. Aku sungguh melemah, maka dari itu, aku menyimpan harap hingga sisa-sisa bulan ini.

     Pada Juli,
Aku tak bicara bahwa sanggup adalah jawaban tepat. Entah situasi apa nantinya, aku ingin engkau mendekapku lebih rapat. Suasana ini menjadi terasa bimbang, jangan beri sedih lagi yang berkepanjangan. Beri aku kabar baik, disela-sela sedih yang mungkin tak lihai bersembunyi.

     Juli..
Aku menyimpan segala raut suasana didalam nurani. Beri aku kesempatan menemui baik, jangan lihai membuat dukaku berkepanjangan. Beri tau aku kabar bahagia, bagai segala temu yang telah kau beri inginnya.

Juli, izinkan aku menangkis sendu diantara sederet kesedihan dan rapuh yang menjadi satu.
:')

No comments:

Post a Comment

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...