Hai masalalu yang masih terukir tajam di sela-sela ragaku. Kuucapkan sepatah kata untuk seseorang yang bahkan selalu mengikiskan raut wajah datar yang menampung debit rasa tak suka padaku. Kuucapkan sepatah kata untuk seseorang yang terpenjarak jauh tapi ia mengistimewakan hadirku pada keadaan yang telah berlalu juga membenamkan memori indah tanpa absennya diriku dalam sanubarinya.
"Terimakasih pernah ada."
Untuk seseorang yang mungkin pernah peka tentang segala gerak-gerik tubuhku. iya, seseorang yang tak bisa kerkutik pada keadaan sekarang. Bermil jarak yang menyudutkan kita, seakan membenamkan rasa rindu itu pada hatinya. Ia terdiam canggung. tapi siapa yang tau degup kencang hatinya sekarang bernafsu pada satu tumpuan? atau bahkan mungkin lebih dari satu pusaran? entahlah. kepekaan yang berlebihan dahulu hanyalah bentuk dari sebuah argumen bahwa aku berprasangka baik padanya. atau mungkin, ia tak peka bahwa aku pilihan pertama sebagai pelampiasan permainan yang belum pernah ia temukan.
Tentang seseorang.
Untukmu, yang mengisi keseharianku dengan berbagai cara. membuatku merasa aman, kuhadirkan senyum termanis yang selalu kuusahakan sedemikian rupa. tapi berbeda, raut wajahku pun terabstrak membentuk segumpalan imajinasi riang. rasa kebersamaan dalam asa dulu membuatku mengindahkan segalanya saat ini. saat kepergianku yang sudah lepas landas dan tak kan terarah untuk mendarat dititik yang sama seperti awal lagi.
Untukmu, yang sempat menyudutkan kehadiranku pada keadaan yang lalu. saat aku membuta akan perasaan, atau bahkan saat kesadaranku melemah akan perbuatanku yang berlebihan, saat aku tenggelam dalam dunia fana dan mengabaikanmu sebagai sosok pendewasaanku. Kini, saat aku melintasi arum jeram masa lalu yang belum kusebut usai itu, aku tersadar tanpa ada penyadaran dari siapapun. Hati ini terarah pada kepekaan yang hadir sendirinya dalam jiwaku. Maaf, mungkin aku tak bisa menggandengmu untuk kuajak berbicara dalam waktu singkat, agar kubisa membuktikan bahwa aku atau siapapun tak bisa menjawab teka teki perasaan. hm mungkin, ada masanya aku mencoba melambaikan tangan padamu pertanda aku sudah mengerti hakikat mengendalikan rasa.
Untukmu, yang datang dan pergi begitu saja. Aku menangis dikala hatiku dikendalikan dalam dua dimensi yang berbeda. dalam permainan sendu, permainan yang membuat hatiku runtuh sedemikian rupa. Mengapa kamu menyelinap lalu kabur? apa diri ini terlalu lemah untuk disandarkan tanpa adanya sandaran? tapi. aku paham. bahwa mengingat kehadiran tanpa ketulusanmu itu adalah hal yang seharusnya tak kuperhatikan lagi. kabur,luber,habis. aku mengenangmu hanya untuk belajar bahwa mempercayai seseorang itu tak perlu memakai perasaan hati.
Untukmu, siapapun yang sempat tertuai diruang hatiku. ruang rinduku tentang segalanya menjadi padu. terimakasih pernah bersemi,gugur,atau kelabu. kepada siapapun yang mengenal aku, entahlah, pada yang menyayangi hingga kepergian ini adalah dukacita baginya, pada yang bersorak karena tak ada seseorang yang dibencinya ada, pada yang sempat bahagia ataupun tak suka, aku menyelimutinya dalam satu ruang yang kubingkiskan dengan warna-warni hati. Terimakasih, kepada seseorang yang sempat ada dalam salah satu kisah klasik dihidupku.
aku paham, bahwa tugasku saat ini menyisihkannya dalam kotak kecil yang kusebut, "memori." :)
Thursday, February 11, 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terlalu lama
Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...
-
Hai, kali ini berhenti buat prosa-prosa dulu ya. Aku mau berbagi ke kalian kalau sekarang aku juga nulis diwattpad:) Emang baru sih, aku la...
-
Halo teman-teman! Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya tentang jurusan dari universitas ini nih. Berhubung aku mahasiswa angk...
-
Kali ini emang out of topic banget sama yang biasanya aku bikin. Bukan tentang rangkaian kata, kali ini rangkaian cerita perjalanan ya...
No comments:
Post a Comment