Hi Tuan.
Malam semakin larut ya. Kicauan suara katak dan sejenisnya
semakin mengalirkan perasaan dihati ini. Rasa rindu, segenap rindu yang
menghiasi gelapnya langit hitam ini. Aku lupa memberitahumu, lepas hujan tadi,
aku tak kunjung berhenti mengingatmu. Deru angin bahkan tak begitu berpengaruh
pada sejuk hati. Air itu menetes deras, tuan. Seperti rasa rinduku padamu yang
terus mengalir. Aku mengingatmu disela kesibukan duniaku. Aku memperhatikan
bayangmu yang seakan ada di seberangku. Ternyata jauh, kita sedang melamunkan
diri masing-masing. Berusaha tak peduli, dan melepaskan bayangan itu. Kembali mengukir
tawa dan canda baru, ya benar, tentu saja tanpa ada senyum istimewa yang
terukir.
Tadi, saat hujan, aku tak melihat sedikitpun tentang
kehadiranmu. Seperti dongeng, orang bilang ia akan menemukan sosok setelah
hujan. Hujan itu istimewa. Seperti kita yang sedang berpura-pura
mengistimewakan hati masing-masing. Lantaran, ada yang harus kita perbaiki
masing-masing. Tanpa harus bertemu, atau bahkan bersapa sekalipun. Rindu ini
terus bercerita, tuan. Aku belum bisa lupa tentang arti pertemuan. Aku harap,
kita baik-baik saja. Dengan hati yang baik. Dan masih sama dengan perasaan yang
lama. Tak berubah. Meski keadaannya sudah tak tersusun indah.