Semesta kadang bercanda. Seseorang yang tidak pernah harap datangnya kini memberi kehadiran yang tetap sama--berbincang dengan elok tanpa ada rasa bersalah dan menjadikan dirinya sebagai seseorang yang paling sempurna. Kehadiran yang mengacau sepersekian detik rasa bahagia dan ketenangan--menjadi yang paling ingin dilihat anggun dan luar biasa--mengacau segala senang dan melukis kembali luka lampau.
Tidak pantas rasanya untuk hanyut pada sebuah kata maaf setelah selesai. Mempercayai perkataan tajam yang menyimpan maksud yang tak diharap. Mengiyakan dan menerima dengan mudah segala rasa sakit yang sudah mulai sembuh. Banyak hal yang aku pikir lebih baik untuk menjadikan masa lalu sebagai kenangan yang sekedar--tanpa berpikir bahwa pada akhirnya luka-luka lama semakin melebar.
Tidak pernah saya harap datangnya rasa sakit yang terus hinggap. Begitu betahnya berada pada dinding yang telah kokoh hanya untuk sekedar masuk dan menghancurkan kebahagiaan. Seperti menyenangkan ketika masuk pada sebuah keadaan bahagia, yang pada akhirnya membawa duka paling menyakitkan.
Saya salah, ternyata hal yang saya pikir baik--tidak pernah menjadi hal yang baik. Semua gagal. Jika disuruh memilih, saya ingin kembali sedia kala--sebab saya ingin pulih.
Tapi kadang, skenario yang saya inginkan tidak pernah dimengerti oleh seseorang. Keinginan saya terhadap hal yang baik telah dihancurkan oleh keadaan yang buruk. Segala semoga yang saya rangkai ternyata dengan mudah menjadi permainan yang seakan mudah digapai. Saya ingin berontak pada rasa benci ini, tapi saya sadar bahwa semakin saya melakukannya semakin saya tidak bisa berdamai.
Saya ingin memaafkan. Tapi saya sulit melupakan.
Luka itu tidak pernah sembuh sederhana--dan saya selalu mencari tahu cara untuk tidak lagi
mengekangnya didalam ruang senyap dan meleburkannya pada mimpi-mimpi yang saya semogakan.
Entah berakhir kapan--saya hanya butuh baik-baik saja.
Pada segala mimpi yang semoga nyata--akan saya sisakan rasa ikhlas untuk sebuah bahagia.
Semesta adil, kata saya. Dan kebahagiaan dari seseorang yang menyakitkan, akan selalu bisa dirampas oleh rasa sakit seseorang.
Monday, February 24, 2020
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terlalu lama
Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...
-
Hai, kali ini berhenti buat prosa-prosa dulu ya. Aku mau berbagi ke kalian kalau sekarang aku juga nulis diwattpad:) Emang baru sih, aku la...
-
Halo teman-teman! Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya tentang jurusan dari universitas ini nih. Berhubung aku mahasiswa angk...
-
Kali ini emang out of topic banget sama yang biasanya aku bikin. Bukan tentang rangkaian kata, kali ini rangkaian cerita perjalanan ya...
No comments:
Post a Comment