Aku tahu bahwa hanya sebagian yang akan terbalas–atau bahkan tidak sama sekali.--
Aku
berkelana melalui kenyataan-kenyataan, berbincang pada titian malam dan
menarik perhatian api unggun, atau ketika pagi–aku menyandang embun dan
bernafas rekah. Segala upaya aku usahakan untuk memaknai takdir, dan
ruang kosong–kubiarkan dia berjalan bebas mencari jati dirinya, agar
tidak rumpang dan tidak salah, sebelum perlu mencari seseorang yang
bahkan baginya; mencintai diri sendiri saja terlalu sulit.
Aku
sesekali belajar tentang cara menemukan jati diri. Menyengsarakan takdir
agar tidak jera dari namanya kelaparan juga keletihan–meneriaki harapan
yang tidak pernah bersahabat agar lebih lega–membuat beberapa tugas
untuk kubebankan pada diri sendiri;agar sesekali aku tersadar dan selalu
berusaha melalui beban-beban.
Dan setelahnya aku kelelahan,
kembali pada dunia yang fana, menjadi seseorang yang lebih pandai
berkeluh kesah untuk membangun segala macam resah.
Ya. Aku lebih
banyak belajar setelah usahaku yang tiada henti. Meriuk pada kenyataan
dan beristirahat menatap senja, atau ketika fajar aku tidak perlu
berusaha maksimal, cukup meneguk teh panas dalam dingin yang menjalar,
serta membawa senyum dari yang sudah-sudah.
Banyak yang sebaiknya
kuperbaiki kembali. Aku telah oleng untuk beberapa hal, yang membuatku
rentan terkena sayatan, atau mungkin sensitif terhadap kenyataan. Ya,
belajar untuk mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain adalah
pilihan yang membuatku lebih mampu menerima, dan apa yang kudapat
selalu lebih hebat.
Aku tidak pernah mengadukan kesal pada
yang tidak pandai mendengar, tidak perlu terluka untuk yang tidak
penting, bahkan ketika semua kuselami baik-baik, aku menemukan diriku
bersandar lebih hebat dan tidak perlu terlalu takut jatuh untuk kemudian
menjadi rusak.
Ayo sama-sama belajar.
Lekas ini, mari
kita saling selasar. Banyak yang ingin aku ceritakan dari setiap panjang
cerita, dari apa yang kulalui, hingga sulitnya menahan tangis–padahal
aku ini cengeng dan rentan.
Sesudah ini, mari kita saling bersikut, mencari dan mengedepankan jalan lurus.
Jika
aku bukan yang kau mau, silahkan tuntun afeksimu, cari orang yang
menurutmu lebih paham tentang dirinya–lebih hebat adanya–lebih mampu
membuatmu jatuh begitu saja.
Bilang pada seseorangmu,
Membentuk realitas dan memperbaiki mental terlebih dulu, setelahnya–mari belajar bersama untuk saling menerima apa adanya.
Meski
berkelanaku adalah kesendirian, tapi aku tetap berbahagia–sebab nanti,
masanya aku butuh berlabuh pada yang memang membuat sembuh, yang bertahan tanpa pernah meninggalkan.
No comments:
Post a Comment