Aku tahu, tiap orang merasa duka yang berbeda-beda. Aku juga tahu, sendu selalu membiarkan sepi menangis sendirian, kemudian ikut-ikutan. Aku tahu, kalau kesedihan tidak memiliki tumpuannya sendiri, melainkan ia datang dan pergi, membiarkan sedih dan sakit hati. kemudiannya.
Bahwa sebenarnya menangis memang membuat sesak itu reda, menyembunyikan yang sekiranya tidak bisa diceritakan, menahan rasa sakitnya sendirian. Dipojokan, dia ingin lega, kemudian setelah puas, air mata itu dihapusnya. Begitulah caranya untuk membuat lega, meski tiap kali mengingatnya, ada rasa sakit yang luar biasa, terekam jelas dan kemudian berulang.
Kesedihan itu candu. Ada yang coba-coba tak papa, padahal remuknya luar biasa. Berusaha mengangguk ditengah-tengah hati terkutuk, lupa sama kenyataan dan membiarkan diri sendirian. Tidak ada siapa-siapa yang mampu mendengar, padahal, sekeliling itu, lebih banyak rona bahagia dari tiap-tiap wajah manusia.
Aku tahu, kesedihan tidak bisa ditebas begitu saja. Sebab duka lebih menang, ia lebih banyak menyimpan alasan. Banyak hal yang membuatnya tetap buruk dimatanya, hingga bahagia semakin hilang dan terhempas jauh-jauh.
Kalau kutanya perihal mengapa aku menangis, adakah yang bersedia mendengarnya?
Kalau kutanya perihal kesedihan, adakah yang mampu meredanya?
Dan bagiku memang lebih baik untuk tetap berpijak pada sisi bumi paling dalam, pada yang paling hebat, pada yang paling memiliki kekuatan.
Karena terkadang, bersama manusia ada lebih banyak cekaman, lebih berbahaya dan mencurigakan, ada yang membuat sedih itu terus-terusan ada; bukannya menghapus dan menghibur asa.
Kalau kubilang sekali lagi tentang kesedihan, kenapa rasanya, setiap orang lain berkata seperti itu, hatiku begitu cekatan mendengarnya?
Kalau kubilang sekali lagi tentang kesedihan, dimana orang-orang?
Apa sudah begitu bahagia dengan hidupnya? Sampai-sampai tidak pernah ada pikiran?
Monday, May 27, 2019
Tuesday, May 21, 2019
Banyak hal.
Aku sudah lupa rasanya menanam pada orang lain. Banyak hal yang kupelajari mengenai patah-patah sebelumnya, hingga terakhir, aku dapat kabar, hatiku sudah sembuh total dan tak menjalar lagi kemana-mana.
Aku banyak belajar hal-hal baru mengenai yang lama, cara melupa tanpa tersiksa, cara peka tanpa sengsara, atau bahkan mungkin sekedar canda yang tak harusnya menjadi rasa. Cerita tentang yang ada tak selalu menjadi yang utama, sekedar bersama; namun tidak berharap apa-apa.
Aku sudah belajar banyak hal-hal baru.
Namun bagiku, banyak hal dari cerita-cerita baru yang tidak bisa aku paksa. Ada cerita yang tersisa, seolah tidak seharusnya dipisah begitu saja, hingga terakhir aku sadar, sudah sejauh ini; dan bahayanya, percaya pada diriku untuk tidak begitu saja percaya pada orang lain semakin sulit dan berbahaya.
Aku banyak belajar hal-hal baru mengenai yang lama, cara melupa tanpa tersiksa, cara peka tanpa sengsara, atau bahkan mungkin sekedar canda yang tak harusnya menjadi rasa. Cerita tentang yang ada tak selalu menjadi yang utama, sekedar bersama; namun tidak berharap apa-apa.
Aku sudah belajar banyak hal-hal baru.
Namun bagiku, banyak hal dari cerita-cerita baru yang tidak bisa aku paksa. Ada cerita yang tersisa, seolah tidak seharusnya dipisah begitu saja, hingga terakhir aku sadar, sudah sejauh ini; dan bahayanya, percaya pada diriku untuk tidak begitu saja percaya pada orang lain semakin sulit dan berbahaya.
Subscribe to:
Comments (Atom)
Terlalu lama
Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...
-
Hai, kali ini berhenti buat prosa-prosa dulu ya. Aku mau berbagi ke kalian kalau sekarang aku juga nulis diwattpad:) Emang baru sih, aku la...
-
Halo teman-teman! Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya tentang jurusan dari universitas ini nih. Berhubung aku mahasiswa angk...
-
Kali ini emang out of topic banget sama yang biasanya aku bikin. Bukan tentang rangkaian kata, kali ini rangkaian cerita perjalanan ya...