Entah apa yang dipikirkan orang-orang tentang perpisahan. Itu menyakitkan. Sangat melukai hatiku yang tak mampu menampung derasnya pilu. Semakin hari, rongga dadaku membengkak, ia tergelincir pada tiap duka yang bersemayam lama dalam selimut tanya. Aku selalu sulit untuk terbiasa bercakap pendek pada hatiku sendiri yang kerap menyimpan pertanyaan semu yang sulit kulontarkan. Aku semakin sulit berbicara dan menyadarkan diri, semakin ingin mencari tau, namun rupa-rupa jawaban itu masih terlihat samar. Dan akhirnya yang harus dipahami, perpisahanlah yang menanggung risiko paling besar dalam sebuah pertemuan.
Aku tak ingin ada pertemuan. Jika penyakit itu; sebuah perpisahan, yang selalu kerap aku temukan. Entah harus menangis atau meraung, aku lah yang selalu tersakiti. Akulah yang dibuatnya bimbang hingga cemas tak menepi. Aku diambang tanya, apakah pertemuan kali ini adalah jawaban atas pertemuan lainnya? Apakah nantinya aku bisa bertemu dengan sosok itu? Iya. Seseorang yang hadirnya tak pernah kuharap, namun Tuhan memberi garis besar dalam sebuah perjalanan. Dalam hidup kali itulah, tepat pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang sosoknya kusebut "berbeda."
Friday, April 21, 2017
Subscribe to:
Comments (Atom)
Terlalu lama
Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...
-
Hai, kali ini berhenti buat prosa-prosa dulu ya. Aku mau berbagi ke kalian kalau sekarang aku juga nulis diwattpad:) Emang baru sih, aku la...
-
Halo teman-teman! Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya tentang jurusan dari universitas ini nih. Berhubung aku mahasiswa angk...
-
Kali ini emang out of topic banget sama yang biasanya aku bikin. Bukan tentang rangkaian kata, kali ini rangkaian cerita perjalanan ya...