Sunday, September 13, 2015

Karena aku berharap

tangisku pecah saat aku sedang duduk sembari mengangkat tangan. bibirku bergetar, airmata sudah diujung, keheningan malam itu seakan membuat aku merasa berdua saja dengan tuhan, ku diam menatap sajadah,sambil mengutarakan isi hati yang kian menganga. disela sela itu, angin menemaniku. buaian perkataanmu seakan hilang di terpanya. doa ini ku titipkan puda tuhan. menengadah di malam yang kelam. sunyi, entah dimana orang orang. ku lap air mata yang ingin jatuh, sembari menyakinkan diri bahwa hati ini kuat. malam itu berbeda, air mata tak henti-henti nya ingin mengalir indah di wajah yang sedang padam, sama dengan hatinya. bibirku lagilagi bergetar, kusebut nama mu dalam Do'a kepada-Nya.

Perpisahan itu seakan membuatku linglung. membuatku buta arah dan buta tenaga. entah ada dimana lagi rasa semangat itu. seolah-olah, aku sedang mengulang dari awal, hati ini tenggelam dalam sekali, kesepian karena ditinggalkan. pemiliknya tau bahwa ada sesuatu yang beda, sesuatu yang ganjil tapi apa itu. pemilik perasaan itu tau kalau semua kisahkisah itu palsu. pemilik itu paham bahwa ditinggalkan jauh lebih suram daripada meninggalkan. perpisahan ini membuat daya pikirku lemah. pemiliknya tidak bisa menunjukkan seperti apa, sebab, apakah jauhnya jarak dapat menembus hati yang tak paham itu? daya pikirku menurun, tuan. lantas bukan langsung aku tak menerima, ada harapn-harapan dan kebaikan yang selalu ku beri tanpa pernah anda mendengarnya. ada rasa canggung, rasa jenuh, sebab jarak palsu. jarak ini memisahkan ruang untuk kita bisa saling berharap pada Allah bahwa kita tak ingin lepas. sebab jarak ini palsu. dan berujung berpisah.

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...