Monday, November 30, 2020

Asa

      Aku menyembuhkan kepingan masa lalu ketika ucapmu memberi ruang tenang paling sunyi, yang kunikmati tiap kali patah hati kembali datang dan bersemi, yang hadirnya betah bertahan dan enggan pergi. Kemudiannya lukamu juga sama, kita sama-sama dipaksa dewasa untuk segera sembuh dari asa yang tak biasa. Rasa patah lebih dari pada yang kita ukur menjadi celah kita merangkul gelisah dan amarah.

      Kita menjadi asa yang menyimpan perasaan patah, dikuatkan oleh harapan yang tak pernah lelah mengingatkan, ditegur oleh ego yang sama-sama kita rasakan. Kemudian kita selalu membawa perhatian yang berbeda, untuk sama-sama kuat bertahan, untuk sama-sama berjuang pada luka yang pernah kita rasakan.

    Dan ucapan yang sama-sama pernah berbohong kembali kita ukir diam-diam, sama-sama peduli tanpa pernah pandai mengatakannya, tidak pernah mau mengucap apa yang sama-sama kita rasakan, diam-diam ingin, tapi tahu bahwa luka sudah pernah janji untuk tidak ada lagi--tapi selalu kembali.

    Aku katakan yang sebenarnya; kita bukan sama-sama menyembuhkan patah yang pernah ada, lebih dari padanya membandingkan kenyataan dengan yang lama, perbedaan menuntut kita dengan apa yang pernah kita punya, menyakiti setiap hari adalah pilihan yang tak pernah kita sadar bahwa yang kita sebut indah hanya akan sia-sia.

Kita bersua bukan untuk menyembuhkan--lebih dari pada kita yang membawa luka.

Wednesday, November 11, 2020

Temu

     Aku menemukan yang hilang kesekian kali setelah kehilangan banyak hal. Kehilangan tidak lagi kutuntut untuk selalu berjalan tanpa pulang. Tidak lagi kupaksa untuk pergi selamanya karena merakit benang kusut yang tidak tahu mengapa betah tinggal. Sekali lagi; aku menemukan rumah yang tahu mengapa sakit tidak akan pernah mudah terlupa.

     Kita melewati banyak musim tanpa kebahagiaan yang paling. Kita mengharapkan takdir untuk cepat menyelesaikan yang terjadi. Memaksa membenamkan semua ingatan yang tidak membawa kabar baik tentang keadaan ke depan, yang selalu menjadi bayangan pahit tentang apa yang kita dapatkan suatu hari yang entah kapan.

Kemudian kita yang sama-sama sedang tersesat menemukan penyembuh yang sama-sama pernah cacat. 

    Dan dia menemukanku pada keadaan yang paling berantakan. Aku menemukan dia pada keadaan yang penuh beban. 

    Maka, suatu hari nanti kusampaikan padanya, berlabuh tidak akan selalu bisa sembuh. Tapi menemukan temu, menuntunku untuk terus percaya bahwa kehidupan tidak pernah harus digurui waktu.

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...