Friday, December 21, 2018

Ialah; kecewa.

Jatuh pada yang sama, masih tentang sesuatu yang menjadi rasa sakit; seakan-akan semua hilang, tidak ada yang lebih baik, atas pengharapan, atas keinginan yang belum tercapai; atau tentang kesempatan yang ternyata tidak.

Perkenalkan, ia lah kekecewaan.

Terlepas dari tentang harapan yang begitu besar, keinginan yang berdegup kencang, pembuktian atas rasa sakit, sesuatu yang menjadi motivasi supaya lebih baik; kemudian ternyata bukan untuk kita; atau sederhananya, takdir itu bukan untuk kita.
Kamu sedang bukannya disalahkan. namun tegurlah. Apakah kamu pantas terus di guncang olehnya? Sebuah hal yang ternyata sedari awal memang tidak ada rencana untukmu, bahkan sedetik pun.

Katamu, hampir. Kataku, sebentar lagi.
Tapi ternyata; semua menjauh, dan kita menggerutu. Menyesali mengapa pernah menginginkannya.
Bersama, berlanjut, atau sesuatu yang ternyata lebih baik dipandang daripada sebelumnya.

Mengapa harapan itu tidak pernah memberi jawaban yang menuju?

Tidak tentang semesta yang sedang bermain-main, atau memberi harapan palsu. Kitalah, kitalah yang terlalu menyaksikan mimpi besar di depan mata. Kitalah yang terlalu mendewakan harapan. Hingga pada saatnya; kita pun sakit.

Ketika kamu sakit, aku tahu bahwa tidak ada yang bisa membuatmu utuh. Merasa tenang manakala kamu rapuh.
Kamu kecewa atas dirimu; mengapa kamu pernah menginginkan sesuatu yang ternyata tidak untukmu.

Ada beberapa cerita yang membuatmu berharap, Sebuah rasa dendam yang meramu dan tak bisa menjahit lukamu. Kemudian kamu memilih jalan maju, yang ternyata tidak baik untukmu.
Atau sebuah pengalaman pahit yang membuatmu ingin merubah, kamu terus menjalani dengan segenap rasa, hingga tiba pada akhirnya; semua gagal.
Apa yang kamu rasakan tentang sebilah patah atas orang terdekatmu yang mengecewakan, atau seseorang yang pernah menyakitimu, atau memang karena kamu ingin dan selalu lebih unggul.

Kemudian ternyata kosong; tidak ada apapun, yang tersisa adalah kekecewaan.

Mari berbagi motivasi. Jangan pergi, jangan lari.
Yang kutahu tentang patah hati ialah bangkit; meski tidak hanya luka didada yang kamu korbankan; pun fisikmu yang juga terasa.
Yang kutahu tentang kesedihan ialah menangis, kemudian berdiri dan menguatkan; kamu hanya butuh bisa, untuk selalu memulai menyudahi yang sia-sia.
Yang kutahu tentang kerapuhan ialah diam, menyeka dan lahap dalam-dalam; kamu hanya harus serba biasa, jangan mudah tertekan dan kesulitan untuk selalu menyakini bisa.

Mari belajar untuk saling menguatkan.
Tentang kekecewaan yang pernah ada, atau sedang ada; kemudian akan selalu ada.
Mari berharap dan membiasakan untuk berpikir kemungkinan yang tidak akan pernah ada, mari belajar kecewa pelan-pelan, sebelum benar-benar kecewa.

Tetaplah berbahagia, jangan diusik terus-terusan.

Berbahagialah, karena harapan yang patah bukan berarti kehidupanmu yang sudah.
Ada banyak hal-hal yang ditujukan untukmu lebih baik; tidak untuk kali ketika kamu kecewa seperti ini.

Pada kecewa, aku tidak lagi bergantung pada harapan.
Aku hanya menjalani, kemudian mendekap erat; dan berdoa sebagaimana mestinya.

Terlalu lama

Terlalu lama, terlalu rapuh, terlalu keruh untuk menerima hidup yang tak sepenuhnya utuh. Bagaimana kabarmu? Aku melihatnya lebur, mungkin t...